5 Akar Permasalahan Turunnya Produktivitas Perkebunan Sawit Indonesia
Ada berbagai macam komoditas pertanian ekspor Indonesia yang sangat laku di pasaran, seperti kelapa sawit, kopi, dan kakao. Tidak heran pemerintah sangat menjaga ketat alur proses sebelum tanam hingga panen. Salah satu cara pemerintah menjaga produktivitas tanaman dan hasil panen yaitu dengan sertifikasi mutu benih. Namun dengan penjagaan ketatpun tidak bisa menghindarkan kondisi lahan, iklim, cuaca, dan faktor diluar kendali manusia yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas lahan.
Mungkinkah perkebunan sawit mengalami penurunan produktivitasnya?
Budidaya kelapa sawit menghasilkan minyak kelapa sawit yang utama dan beberapa produk turunannya. Banyaknya hasil perkebunan sawit menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar. Permintaan pasar yang banyak membuat pemerintah mengeluarkan larangan menjual bibit sawit secara online – Alasan Mengapa Bibit Sawit Tidak Dijual Online.
Meskipun pemerintah sudah berusaha membantu menjaga dan meningkatkan produktivitas perkebunan swit, tetap saja ada beberapa faktor yang menyebabkan perkebunan sawit, seperti:
a. Harga pupuk melambung tinggi
Pupuk merupakan salah satu komponen penting tanaman agar tumbuh subur. Tahun 2022 kenaikan pupuk untuk kelapa sawit mencapai 300%. Kenaikan pupuk menyebabkan petani tidak memupuk lahan perkebunan sawit sehingga produktivitasnya menurun.
b. Rendahnya peremajaan kelapa sawit
Peremajaan kelapa sawit, biasa dikenal dengan replanting, bertujuan agar hasil panen meningkat. Proses replanting membutuhkan waktu sekitar 3 tahun. Rendahnya replanting berarti memaksa kelapa sawit tua untuk tetap produktif. Padahal, dengan pemaksaan ini tentu hasil panen yang dihasilkan berkurang.
c. Musim kemarau panjang
Perubahan iklim dan cuaca menjadi ancaman alam terbesar bagi produktivitas lahan, termasuk lahan kelapa sawit. Kemarau panjang diperkirakan terjadi di tahun 2023, sehingga petani perlu mehyesuaikan dengan kondisi cuaca yang dihadapi.
d. Banyaknya bibit palsu
Meskipun pemerintah telah mengawasi jual-beli benih sawit, tetap saja ada pihak tidak bertanggungjawab mengedarkan benih palsu dengan harga yang sama, bahkan lebih rendah, dengan bibit bersertifikat. Ditambah lagi biaya produksi kelapa sawit terlampau tinggi, sehingga masih ada petani yang tergiur benih palsu.
e. Pengelolaan lahan perkebunan secara tradisional
Pengelolaan lahan tidak terlepas dari kualitas SDM. Di Indonesia, produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat paling rendah dibandingkan milik perusahaan swasta maupun BUMN.
Rendahnya digitalisasi pertanian disebabkan oleh usia petani produktif dan literasi digital yang belum merata. Penurunan produktivitas lahan kelapa sawit dapat membuat Malaysia menggeser Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Tertarik dengan ekspor-impor komoditas Indonesia? Jangan lewatkan artikelnya hanya di website Gokomodo!