Diterbitkan 1 Dec 2022

Berkontribusi terhadap Ketahanan Pangan Negara, Kolaborasi Inovasi Agritech Siap Diterapkan di Indonesia

News

Indonesia merupakan pusat kekuatan pertanian dengan lebih dari 42 juta hektar lahan yang sudah ditanami. Meskipun terlihat unggul, namun tingkat produktivitas secara luas masih dianggap kurang optimal. 

Menurut Bank Dunia, 93 persen mayoritas petani Indonesia didominasi oleh para petani yang memiliki penghasilan rata-rata hanya Rp 50.000,- per hari. Hal ini menyebabkan para generasi muda semakin enggan berkecimpung dalam sektor ini.

Hal tersebut tentu saja mengancam ketahanan pangan masa depan di antara 270 juta penduduk. Apalagi, kemampuan Indonesia untuk memasok minyak kelapa sawit dan komoditas lainnya ke pasar global juga dinilai masih kurang. 

Gokomodo dan Aria yang merupakan perusahaan agritech baru di Indonesia, mulai berlomba-lomba memecahkan masalah ini. Kedua perusahaan lokal ini menjadi garda terdepan dalam gelombang inovasi agritech, dengan dukungan pendanaan dari investor regional papan atas seperti East Ventures.

Melalui platform pengadaan dan distribusi digital, Gokomodo telah mempermudah dan mempercepat perusahaan agribisnis dan para petani untuk dapat mengakses input pertanian berkualitas tinggi yang sama dan seragam, seperti pupuk dan alat-alat pertanian lainnya.

CEO dan Co-Founder Gokomodo, Samuel Tirtasaputra, mengatakan bahwa dengan memanfaatkan kemampuan pembelian dan distribusi massal perusahaan, Gokomodo mampu membuat input pertanian berkualitas yang terjangkau dan dapat diakses oleh semua pemain, termasuk para petani di daerah terpencil yang seringkali harus membayar lebih untuk pupuk dan input lainnya.

Lebih dari 3.500 badan usaha dan pelaku agri telah bergabung dengan ekosistem Gokomodo. Setelah berhasil menarik putaran pendanaan Seri A senilai $26 juta, Gokomodo juga akan memperluas infrastruktur distribusi fisiknya guna menjangkau para petani dengan lebih baik serta berupaya meningkatkan pendapatan mereka melalui hasil panen yang lebih tinggi.

Sementara itu, layanan drone-sensing dari Aria juga dapat memantau kondisi lapangan secara cerdas dan membuat rekomendasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan. 

Bahkan, salah satu klien sudah membuktikan bahwa terjadi peningkatan pencapaian kuantitatif sebesar 95 persen dalam waktu tiga bulan bersama Aria. Tak hanya itu, Aria juga dapat membantu petani mengurangi jejak lingkungan (environmental footprint) mereka.

“Informasi yang dikumpulkan oleh perangkat IoT [Internet of Things] Aria dapat digunakan untuk mengalibrasi dengan cermat jumlah pupuk dan input lain yang dibutuhkan, sehingga bisa mencegah kerusakan tanah dan limpasan dari pemupukan berlebihan serta meningkatkan hasil tanaman,” jelas CEO Aria, William Sjaichudin.

Manfaat lain yang bisa dirasakan adalah keefektifan penyemprotan menggunakan drone. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya penggunaan air hingga 90 persen dibandingkan dengan penyemprotan secara manual.  

Dengan memungkinkan petani dan pelaku agribisnis untuk mengakses input berkualitas yang lebih baik dan menggunakannya secara lebih efisien, kedua perusahaan agritech ini tentu saja memiliki potensi yang besar untuk merevolusi sektor pertanian. 

Tidak hanya dalam hal hasil, tetapi juga dalam hal menarik dan mempertahankan generasi muda untuk mau bergerak di bidang pertanian yang semakin hari semakin dianggap sebagai bidang yang tidak menarik.

Inisiatif ini tentu juga harus didukung oleh semua pemangku kepentingan untuk berperan serta dengan kedudukan yang setara, sehingga setiap pihak hingga petani kecil dapat memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan.

“Kita harus mulai memikirkan tantangan ini bersama-sama sekarang,” kata Tirtasaputra, “agar kita dapat secara kolaboratif membangun generasi petani cerdas yang dapat mengetahui cara memberikan hasil pangan bagi masyarakat Indonesia secara berkelanjutan.”

Tertarik dengan informasi seputar agritech di Indonesia? Kunjungi website gokomodo.com dan hiaria.id untuk informasi lebih lanjut.

whatsapp
twitter
facebook
linkedin