Diterbitkan 23 May 2023

Biodiesel dari Minyak Sawit Mampu Kurangi Impor Solar Hingga Ratusan Triliun

News
biodiesel minyak sawit

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Program Biodiesel B35 Berdampak Positif bagi Industri Sawit. Hal ini karena program mandatori biodiesel sawit yang telah mencapai bauran 35% (B35) ini mendorong konsumsi domestik terhadap minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). 

Kebutuhan pasar domestik CPO diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan peningkatan konsumsi biodiesel nasional. Dengan demikian, produksi CPO akan semakin meningkat dan impor solar di tahun-tahun mendatang dapat dikurangi sedikit demi sedikit.

Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa keberadaan biodiesel yang berasal atau berbahan baku dari minyak sawit merupakan salah satu program energi terbarukan. Program ini juga secara konsisten terus dilakukan oleh Pemerintah RI.

Biodiesel juga menjadi benchmark bagi negara-negara yang tergabung dalam G20 berkaitan dengan penggunaan BBM berbasis energi terbarukan. Hal ini menjadi isu yang sangat penting karena ketergantungan BBM berbasis petroleum masih sangat besar hingga saat ini.

Biodiesel minyak sawit nasional

Indonesia menjadi negara yang paling konsisten melakukan serangkaian program pencampuran energi terbarukan yang berasal dari minyak nabati. Hal ini terbukti dengan rekam jejak pencampuran minyak sawit ke dalam solar sejak tahun 2008 yang lalu. Pada saat itu, campuran minyak sawit ke dalam solar dikenalkan sebagai campuran 2,5% atau B2,5. Selanjutnya, B7,5 di tahun 2010; B10 di tahun 2014; B20 di tahun 2020, dan B35 di tahun 2023 ini. 

Disamping program pencampuran yang selalu bertumbuh dari waktu ke waktu, pasar domestik juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Mulai yang awalnya bersumber dari Public Service Obligation (PSO), saat ini telah merambah pasar komersial umum.

Bentuk kemandirian energi nasional yang berbasis energi terbarukan dan ramah lingkungan yang secara konsisten terus dilakukan pemerintah ini rupanya juga menjadi cara menghemat devisa negara. Hal ini bisa terjadi karena program biodiesel mampu menurunkan jumlah impor BBM RI.  

Lebih lanjut, Paulus Tjakrawan, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), mengungkapkan bahwa keberhasilan biodiesel Indonesia tidak hanya mendorong kemandirian energi nasional, melainkan juga sebagai salah satu cara penghematan devisa negara.

Dikatakan demikian karena adanya program biodiesel yang telah mencapai bauran 35% di tahun 2023 ini diproyeksikan mampu digunakan sebanyak 13,15 juta kL. Dengan kata lain, Indonesia akan mampu menghemat hingga Rp140 triliun untuk mengurangi impor minyak solar. 

Melihat dampak besar yang akan terjadi, program biodiesel dari minyak sawit ini diharapkan dapat terus ditingkatkan di tahun-tahun mendatang. Tertarik dengan informasi ini? Dapatkan update seputar minyak sawit di Indonesia melalui website Gokomodo, ya!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin