Diterbitkan 14 Feb 2024

Kini Saat yang Tepat untuk Peningkatan Industri Kakao di Indonesia

Agri Edu
Industri kakao

Beberapa minggu terakhir Indonesia digemparkan oleh pengembangan sebagian industri dengan cara hilirisasi. Hilirisasi merupakan sebuah proses perubahan ekonomi berkelanjutan dengan bertumpu pada kebijakan industrialisasi berbasis komoditas bernilai tinggi. Singkatnya, pengembangan industri dengan cara hilirisasi dapat meningkatkan daya guna serta daya jual produk, sehingga pendapatan negara yang didapatkan juga lebih banyak. Selain bahan tambang, ternyata Indonesia memilki sejumlah komoditas perkebunan yang lebih menjanjikan apabila dikembangkan dengan cara hilirisasi.

Industri Kakao di Indonesia

Sumber: Adobe Stock

Indonesia sebagai penghasil kakao terbanyak ketiga di dunia tentu saja memiliki jumlah industri yang banyak pula. Saking banyaknya industri kakao, pemerintah mulai mencanangkan hilirisasi kakao. Dengan adanya hilirisasi akan menghasilkan produk yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, seperti bubuk coklat, lemak coklat, makanan, serta minuman. Agar hilirisasi berhasil, ada beberapa jenis industri kakao yang mengubah kakao menjadi produk siap santap yang meliputi:

  • Industri hulu yang menghasilkan buah dan biji coklat, serta liquor (MASS)
  • Industri antara yang menghasilkan cake and fat, cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, serta cocoa powder.
  • Industri hilir yang didalamnya terdapat industri coklat dan industri makanan serta minuman berbasis coklat. 

Produk yang banyak diminati oleh pangsa internasional rata-rata hasil dari industri antara atau yang disebut juga sebagai produk intermediate. Prosentasi produk intermediate yang laku di pasaran menapai 9,17%. Dari kondisi pasar inilah kemudian pemerintah mendorong salah satu industri coklat yang hasil olahannya kini banyak diminati, khususnya oleh kalangan muda.

Coklat Artisan: Hasil Pengembangan Industri Kakao di Indonesia

Sumber: NOW! Bali

Coklat artisan, juga dikenal dengan sebutan craft chocolate, merupakan salah satu produk hasil hilirisasi kakao yang akhir-akhir ini banyak peminatnya. Yang membuat coklat artisan banyak diminati adalah proses pembuatannya yang masih manual atau handmade. Pembuatan coklat artisan secara handmade tentunya memilki kualitas lebih baik dan ada kesan tersendiri bagi konsumen. Coklat artisan  yang tersedia di pasaran yaitu coklat hitam (dark chocolate) dan coklat susu (milk chocolate). Masing-masih coklat tentu ada penggemarnya tersendiri.

Di Indonesia saja terdapat 31 perusahaan produsen coklat artisan dengan kapasitas 1.242 ton setiap tahunnya. Coklat artisan ternyata mampu meningkatkan harga jual kakao mulai dari 700% hingga 1.500%. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan produk coklat lainnya yang maksimal hanya menambah nilai jual sebanyak 300%. Kok bisa begitu, ya?

Kunci utamanya yaitu proses pembuatan coklat artisan yang langsung melibatkan petani. Sama halnya dengan kopi khas Indonesia, coklat artisan pun terbuat dari biji kakao di satu wilayah terntentu (single origin) misalnya saja Ransiki dari Papua, Berau dari Kalimantan Timur, dan Jembrana dari Bali. Industri coklat artisan secara mandiri mengolah biji hingga menjadi batang coklat atau disebut dengan craft bean to bar

Biji kakao yang sudah dipetik lalu difermentasikan oleh petani. Nah, kakao fermentasi inilah yang menjadi bahan baku utama pembuatan coklat artisan. Harganya pun menjadi sedikit lebih mahal berkisar Rp 50.000-Rp 70.000/kg. Tentu saja berbeda dengan produk olahan coklat lainnya yang hanya membutuhkan biji kakao segar dengan harga Rp 30.000/kg.

Wah, ternyata pengembangan industri kakao di Indonesia melalui dengan cara hilirisasi berbuah manis juga. Selain kakao, ternyata ada industri lain yang dikembangkan dengan cara hilirisasi yaitu kelapa sawit. Baca tentang Pentingnya Hilirisasi dalam Industri Kelapa Sawit dan tentang hilirisasi yang semuanya ada di blog Gokomodo!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin