Ragam Diversifikasi Pasar Produk Minyak Sawit untuk Produktivitas Industri Sawit Indonesia
Persaingan industri kelapa sawit semakin ketat semenjak Uni Eropa memutuskan untuk tidak menerima produk kelapa sawit dari Indonesia karena kebijakan European Union Deforestation Free (EUDR). Deskriminasi tersebut membuat negara-negara penghasil sawit terbesar di dunia, termasuk Indonesia, mencari cara untuk melawan diskriminasi.
Indonesia melawan diskriminasi pembatasan impor kelapa sawit dari Indonesia dengan cara menghentikan ekspor nikel ke Uni Eropa. Pembatasan ekspor nikel dinilai terlalu ekstrim dan membuat Uni Eropa ‘marah’ pada Indonesia. Ada hal lain yang bisa dilakukan Indonesia agar ekspor kelapa sawit dan turunannya tidak mengalami kerugian, yaitu diversifikasi pasar produk minyak sawit.
Diversifikasi pasar produk minyak sawit Indonesia
Minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati telah menyumbang 40% dari seluruh perdagangan global industri makanan, obat-obatan, kosmeti, dan bioenergi. Meskipun Indonesia produsen kelapa sawit terbesar dunia, jenis produk yang di ekspor hanya dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO). Jika CPO diturunkan menjadi beberapa olahan lainnya, bisa menjadi potensi diversifikasi pasar industri kelapa sawit.
Sebelum memutuskan diversifikasi pasar minyak sawit, Perlunya Dukungan Pemerintah Terhadap Industri Hilir Kelapa Sawit Indoesia dilakukan terlebih dahulu. Saat ini terdapat 22 perusahaan berbasis oleochemical dengan kapasitas produksi hingga 11 juta ton. Perusahaan olechemical tersebut menghasilkan produk turunan kelapa sawit berupa fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl ester, paraffin, dan soap noodle. Jumlah ekspor tersebut masih lebih kecil dibandingkan impornya. Ekspor bahan kimia dari kelapa sawit bisa menjadi diversifikasi pasar pada indutstri komestik dan kimia.
Kebutuhan CPO di pasaran juga semakin kompleks melihat dari pola makan dan distribusi pangan saat ini. Keadaan ini cukup sebagai acuan diversifikasi pasar kelapa sawit. Olahan kelapa sawit menjadi emulsifier makanan dapat dilakukan karena gaya hidup masyarakat yang tidak memakan daging dan produk olahan hewan (vegan dan vegetarian).
Selain itu, ada banyak produk olahan dari kelapa sawit yang langsung bisa dikonsumsi langsung seperti margarin, shortening, frying fat, coating fat, coffee whitener, pengisi susu, hinggga krimer biskuit. Jika jumlahnya banyak, maka ekspor bahan pangan seperti demikian dapat menambah difersivikasi pasar kelapa sawit.
Semakin banyak produk olahan dari kelapa sawit, maka semakin banyak pula pasar yang bisa dijadikan tujuan ekspor kelapa sawit. Dari produk hilir inilah industri kelapa sawit di Indonesia tetap produktif. Banyak sekali informasi tentang kelapa sawit akhir-akhir ini. Agar tidak ketinggalan update seputar kelapa sawit, jangan lupa kunjungi website Gokomodo setiap hari!