Diterbitkan 22 Sep 2023

Ternyata Berbeda-beda, Cek Harga Pupuk Urea Wilayahmu di Sini!

News
harga pupuk urea

PT Pupuk Indonesia sebagai produsen pupuk bersubsidi di Indonesia telah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pupuk Indonesia. Sekarang ini, terdapat dua pupuk yang disubsidi oleh pemerintah, yaitu pupuk urea dan pupuk NPK. Awalnya produksi PT Pupuk Indonesia sebesar 12,3 juta ton dan sudah termasuk pupuk subsidi dan pupuk non-subsidi.

Meskipun sudah diproduksi dalam jumlah besar, tetap saja kebutuhan tersebut belum mencukupi permintaan petani ditambah lagi pemerintah hanya mampu memberikan subsidi pupuk sebanyak 9 juta ton saja. Untuk itu, para petani diharapkan membeli pupuk non-subsidi sebagai alternatif pemberian pupuk. Berikut informasi harga pupuk non-subsidi yang mudah ditemui di beberapa wilayah Pulau Jawa dan Bali.

sumber: vecteezy.com

Harga pupuk di berbagai daerah

Harga Pupuk Urea Wilayah DKI Jakarta

a. Pupuk Kaltim Urea Prill 50 kg : Rp 500.500

b. Pupuk Nitrea 50 kg : Rp 425.000

c. Pupuk Urea Petro 50 kg : Rp 567.000

Harga Pupuk Urea Wilayah Jawa Tengah

a. Pupuk Nitrea 50 kg : Rp 380.000

b. Pupuk Urea Petro 50 kg : Rp 450.000

c. Pupuk Kaltim Urea Prill 50 kg : Rp 491.000

Harga Pupuk Urea Wilayah Jawa Timur

a. Pupuk Kaltim Urea Prill 50 kg : Rp 470.000

b. Pupuk Nitrea 50 kg : Rp 400.000

c. Pupuk Urea Petro 50 kg : Rp 448.000

Harga Pupuk Urea Wilayah Bali

a. Pupuk Nitrea 50 kg : Rp 343.000

b. Pupuk Kaltim Urea Prill 50 kg : Rp 806.000

c. Pupuk Urea Petro 50 kg : Rp 625.000

Mengapa Menggunakan Pupuk Urea Non-Subsidi?

sumber: bworldonline.com

Penggunaan pupuk bersubsidi sebernanya membantu petani untuk menjaga produktivitas lahan dengan harga yang terjangkau. Namun, kualitas dan kuantitas pupuk bersubsidi tentunya berbeda dengan pupuk non-subsidi. Pada akhirnya, Pemenuhan Pupuk Berkualitas Meringankan Beban Produksi Petani. Lalu, mengapa sebaiknya menggunakan pupuk urea non-subsidi?

  1. Ketersediaan lebih banyak

Sudah menjadi lazim pupuk urea bersubsidi dibatasi kuotanya. Apabila petani menggunakan pupuk non-subsidi, setidaknya tidak akan berpengaruh dengan ada atau tidaknya pupuk. Namun kembali lagi, penggunaan pupuk non-subsidi pasti akan merogok kocek lebih dalam lagi. 

  1. Pupuk lebih mudah diserap tanaman

Pupuk urea mengandung kadar nitrogen yang tinggi. Sangat disayangkan apabila penyerapan oleh tanaman tidak sempurna, sehingga kebutuhan nitrogen pada tanaman bisa saja terhambat. Penggunaan pupuk urea non-subsidi mempermudah penyerapan oleh tanaman karena tidak dilapisi oleh oil coating.

  1. Syarat pembelian lebih mudah

Ketersediaan pupuk subsidi yang terbatas mengharuskan pendistribusiannya diawasi dengan ketat oleh aparatur negara. Untuk pembelian pupuk bersubsidi petani harus terdaftar dalam kelompok tani, menyusun E-RDKK, minimal petani mengerjakan lahan seluas 1-2 hektar, dan saat pembelian cukup membawa KTP. Data petani harus ada dalam platform T-Pubers milik Kementan. Sulit, kan?

Berbeda dengan pupuk non-subsidi yang pembeliannya sangat mudah. Pembelian dalam jumlah besar (minimal 50 ton) dapat menghubungi produsen secara langsung, sedangkan pembelian retail dapat mengunjungi gerai pupuk offline seperti Mitra Gokomodo maupun toko online (marketplace)

Harga Pupuk Urea Indonesia Dipengaruhi Oleh Harga Pupuk Urea Global

Selain keterbatasan lahan, sekarang ini sektor pertanian di dunia bisa dibilang sedang mengalami krisis pupuk. Krisis pupuk yang sedang dialami saat ini menyebabkan harga pupuk di pasaran mengalami harga yang tidak stabil setiap bulannya. Alasan lain harga pupuk tidak stabil juga dipengaruhi oleh keadaan dan harga pupuk global.

Sebagai negara pengekspor pupuk terbesar di dunia, Rusia sedang diberi sanksi untuk tidak mengekspor kalium, urea, amonia, dan bahan kimia yang diperlukan untuk membuat pupuk lainnya. Dengan adanya kendala ini, tentunya banyak negara yang terdampak, salah satunya negara berkembang seperti Indonesia. Rusia merupakan pemasok pupuk keempat di Indonesia, sehingga dengan adanya sanksi ekspor tersebut tentu sangat berdampak pada Indonesia. 

Tidak hanya dari Rusia saja, rupanya pupuk urea juga diimpor dari Cina. Pada tahun 2022 saja Indonesia mengimpor pupuk urea dari Cina sebanyak 6,39 juta ton. Beberapa hari yang lalu Pemerintah Cina memerintahkan produsen pupuk untuk menghentikan ekspor pupuk urea. Pelarangan ekspor ini dikarenakan harga pupuk urea di Cina melambung tinggi sebanyak 50% dan berhasil turun 11% pada bulan ini. Meskipun mengalami penurunan, tetap saja harga pupuk urea tetap mahal. 

Langkanya pupuk dapat berdampak pada ketahanan pangan lokal maupun global. Untuk itu, petani perlu memutar otak bagaimana produktivitas lahan tetap terjaga, salah satunya dengan menggunakan pupuk organik. Simak terus update seputar pupuk melalui artikel di website Gokomodo,ya!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin