Peran Generasi Muda untuk Mendukung Industri Sawit di Indonesia
Tidak hanya pertanian tradisional saja yang dilanda krisis sumber daya manusia, sektor perkebunan juga mengalami hal yang serupa. Krisis ini menimpa industri sawit di Indonesia, yang menjadi primadona komoditi ekspor. Selain sumber daya manusia, ada dua tantangan lagi yang perlu dihadapi oleh industri sawit yaitu kebijakan dan fluktuasi harga.
Sumber daya manusia yang berusia produktif sangat diperlukan di industri sawit untuk ketersediaan dan ketahanan sawit nasional maupun internasional. Saat ini diperlukan generasi muda yang bersedia berkecimpung dalam industri sawit. Selain itu, di era serba digital, peran generasi muda akan sangat membantu industri sawit – Sudah Saatnya Generasi Muda Membantu Digitalisasi Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Yang dapat dilakukan generasi muda untuk industri sawit
Salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta memiliki program studi Pemeliharaan Kelapa Sawit dan Pembibitan Kelapa Sawit. Sebanyak 310 mahasiswa dari program studi berasal dari keluarga pekebun dan bidang kelapa sawit, menerima beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Tujuan dengan adanya beasiswa ini dan program learning factory adalah mempersiapkan mahasiswa untuk terjun ke perkebunan kelapa sawit. Rencananya pada tahun ini, penerima beasiswa akan ditambah menjadi 2.000 mahasiswa.
Pemerintah mengajak generasi muda untuk melawan kampanye negatif industri kelapa sawit. Kampanye negatif industri kelapa sawit disebabkan produksi CPO nasional semakin banyak sehingga kerap disalahkan sebagai penyebab utama perubahan iklim yang ekstrim. Untuk melawan kampanye negatif, Wakil Presiden dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) tahun 2023-2028 mengajak generasi muda dalam kampanye positif sawit.
Besar harapan negara terhadap generasi muda untuk mengedukasi masyarakat luas bahwa industri sawit tidak berbahaya. Selain itu, generasi muda perlu mempromosikan komitmen Indonesia untuk menambah target emisi karbon secara global. Target tersebut semula 29% menjadi 31,89% dengan usaha sendiri dan 41% menjadi 43,20% dengan dukungan internasional. Meningkatkan target ini selain mendukung keberlanjutan ketahanan lingkungan juga mencapai target 2060 Indonesia tanpa emisi karbon. Memperkenalkan ISPO juga bagian dari kampanye positif yang dilakukan oleh generasi muda. Pasalnya, ISPO mengandung upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh industri sawit dalam mengurangi emisi karbon.
Dengan bantuan generasi muda dan perkembangan teknologi, diharapkan kampanye positif sawit bisa sampai ke seluruh lapisan masyarakat. Sangat disayangkan apabila industri sawit, yang menyumbang banyak pendapatan negara, tidak didukung oleh masyarakatnya sendiri. Sebagai bentuk dukungan terhadap industri sawit, baca terus kabar terkini seputar sawit melalui website Gokomodo.