Beri Jarak Tidak Selalu Hal yang Buruk. Jarak Tanam Kelapa Sawit Justru Berdampak Baik, Lho
Kesuksesan budidaya kelapa sawit menjadi impian semua petani sawit dan stakeholder pertanian lainnya. Langkah menuju kesuksesan budidaya kelapa sawit bisa dimulai dari penanaman yang benar dengan menerapkan jarak tanam. Dengan mnerapkan jarak tanam, kelapa sawit dapat tumbuh dengan maksimal dan menghasilkan buah yang berkualitas. Bayangkan saja tanaman kelapa sawit yang tumbuh dengan ruang yang cukup akan memiliki akses sinar matahari yang lebih baik, sirkulasi udara yang lancar, dan penyerapan nutrisi yang optimal. Nah, apa saja yang perlu dipelajari tentang jarak tanam kelapa sawit?
Mempelajari jarak Tanam Kelapa Sawit
Penentuan jarak tanam disesuaikan dengan karakter tanaman, tingkat kesuburan, kondisi tanah, dan kondisi di sekitar lahan. Hal ini dikarenakan jarak tanam kelapa sawit berkaitan erat dengan jumlah kepadatan kelapa sawit per hektar dan produksi tandan tiap pohon. Jika jarak tanam terlalu rapat membuat jumlah kelapa sawit terlalu padat sehingga tumbuh meninggi, mempengaruhi jumlah jenis kelamin kelapa sawit, dan ukuran fisik kelapa sawit. Sebaliknya, jika kelapa sawit ditanam dengan jarak yang terlalu lebar, jumlah kepadatannya sangat sedikit dan menurunkan produktivitas lahan.
Selain menyesuiakn dengan kondisi lahan, pemberian jarak tanam juga mempertimbangkan kemungkinan penyakit atau hama yang bisa menyerang. Misalnya saja jarak tanam pada kelapa sawit pada daerah endemik penyakit ganoderma memiliki kerapatan 148-150 pohon/hektar untuk menjaga populasi kelapa sawit produktif hingga umur 25 tahun. Idealnya pengaturan jarak tanam seperti berikut ini:
Sumber: PPKS (2009) dalam Lubis, dkk (2011)
Macam Jarak Tanam dan Pola Tanam Kelapa Sawit
Sebelumnya telah dipaparkan beberapa jenis jarak tanam dan kepadatannya. Ternyata, jarak tanam juga mempengaruhi pola tanam kelapa sawit, lho. Nah, kali ini Gokomodo akan bahas berbagai macam pola tanam akibat dari penerapan jarak tanam yang akan diterapkan.
Alternate row atau baris bergantian
Penggunaan pola tanam ini mengharuskan kelapa sawit ditanam berseling dengan tanaman berkayu. Saat menerapkan pola tanam ini, ada beberapa jarak tanam yang bisa digunakan, yaitu jarak tanam antar baris 12-16 meter dengan jarak antar pohon dalam satu baris sepanjang 7-9 meter, sedangkang jarak tanam antar baris tanaman berkayu 12-16 meter dengan jarak satu barus 3,5-3,5 meter. Dengan menggunakan pola tersebut, jumlah pohon sawit yang dipertahankan:
- 84 batang pada kelapa sawit monokultur dengan jarak tanam awal 8 x 9 meter.
- 142 batang pada kelapa sawit monokultur dengan jarak tanam awal 6 x 7 meter.
Alley cropping atau lorong
Pada pola tanam alley cropping, kelapa sawit ditanam setiap dua baris dan diselingi dengan dua baris tanaman berkayu. Untuk pola alley cropping dibutuhkan jarak tanam antar baris kelapa sawit sepanjang 24-32 meter, dengan jarak antar kelapa sawit 7-9 meter. Sedangkan untuk barisan tanaman berkayu diberi jarak tanam sepanjang 24-32 meter dengan jarak masing-masing tanaman 3,5-4.5 meter. Hasil yang maksimal dari pola tanam in berupa:
- 214-315 pohon kelapa sawit/hektar pada kelapa sawit monokultur dengan jarak tanam awal 8 x 9 meter.
- 311-400 pohon kelapa sawit/hekta pada kelapa sawit monokultur dengan jarak tanam 6 x 7 meter.
Penyisipan tanaman berkayu
Jika dua pola tanam sebelumnya perlu dilakukan peebangan beberapa baris kelapa sawit, tentu pada pola tanam ini tidak perlu melakukan penebangan. Tanaman berkayu dapat disisipkan di antara kelapa sawit. Biasanya tanaman kayu yang digunakan harus dapat tumbuh dengan baik di bawah tanaman lain, misalnya tanaman meranti. Dengan metode menyisipkan tanaman berkayu, jumlah pohon kelapa sawit yang bisa diharapkan berkisar 139-238 batang/hektar.
Pagar tanaman berkayu
Pagar tanaman tidak hanya dibutuhkan untuk melindungi rumah saja. Dalam pembahasan ini, pagar tanaman, terutama tanaman berkayu, bisa digunakan sebagai pagar di lahan kelapa sawit. Hasil pola tanam dengan metode ini belum jelas berapa jumlah pohon kelapa sawit per hektarnya karena metode ini sangat bergantung pada luas lahan dan luas lahan kelapa sawit berbeda-beda dari satu lahan ke lahan lainnya.
Seleksi tanaman
Tahukah kamu tidak semua kelapa sawit dalam satu wilayah lahan bisa saja kurang produktif? Penyebab produktivitas kelapa sawit berkurang karena sawit jantanlah yang berperan tidak produktif. Jumlah sawit banyak ditentukan dari jenis bibit yang digunakan. Jika petani mengandalkan pupuk ilegal, jumlah kelapa sawit jantan akan lebih banyak. Hal yang berlawanan bisa terjadi dengan menggunakan bibit asli dan berkualitas. Untuk menjaga produktivitas, biasanya kelapa sawit jantan dicabut dan digantikan dengan tanaman berkayu. Alangkah lebih baik kalau kamu mengetahui Budidaya Kelapa Sawit: Simak Cara Pembibitan Sesuai dengan Standar Panduan, Yuk!
Sudah ada gambaran tentang jarak tanam? Ingat, jarak tanam hanya satu dari banyak faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit. Masih ada beberapa faktor penentu keberhasilan, misalnya saja memilih bibit unggul, menggunakan pupuk dan pestisida yang tepat, serta perawatan tanaman. Jika kamu ingin tahu lebih banyak seputar cara menanam kelapa sawit, kamu bisa lho kunjungi blog Gokomodo dan cari artikelnya!