Inilah Penyebab Produktivitas Karet Menurun dan Solusinya
Industri karet sebagai salah satu penghasil pendapatan negara tentunya pernah mengalami pasang surut di pasaran. Luas kebun karet di Indonesia mencapai 3,78 juta hektare dengan kepemilikan beragam, mulai dari BUMN, perusahaan swasta, dan petani rakyat. Tentu dengan luas melimpah, hasilnya bisa membawa Indonesia di peringkat kedua negara produsen karet terbesar di dunia.
Ketenaran Indonesia sebagai produsen karet dunia sepadan dengan masalah yang dihadapi di dalam negeri. Lagi-lagi perkebunan di Indonesia dihadapkan dengan harga jual komoditas yang rendah, termasuk karet.
Keadaan produktivitas karet di Indonesia
Pada tahun 2011, harga karet nasional terancam anjlok dan membawa dampak signifikan pada produsen karet, terutama perkebunan karet pertani rakyat hingga sekarang. Dampak rendahnya harga karet antara lain:
- Menurunkan pendapatan petani.
- Daya beli produk sekunder berkurang.
- Investasi peremajaan pohon karet dan saprodi lainnya berkurang sehingga kualitas karet yang dihasilkan juga tidak bagus.
- Alih fungsi perkebunan karet untuk budidaya tanaman selain karet.
- Penutupan pabrik karet.
- Sulitnya hilirisasi olahan karet sehingga karet alam yang dipakai untuk produk turunan karet hanya 32,4%.
Solusi untuk meningkatkan produktivitas karet
Mengetahui kondisi karet dalam negeri semakin lama semakin memprihatinkan, pemerintah ikut turun tangan untuk mengembalikan produktivitas karet. Pemerintah ikut andil dalam:
- Meningkatkan penggunaan hasil karet nasional.
Hasil karet nasional nantinya digunakan untuk aspal karet, dock feeder, pintu irigasi, bantalan jembatan, rubber cow mat, conveyor belt, sarung tangan lateks, dan masih banyak lagi penggunaan untuk infrastruktur serta non-infrastruktur.
- Menanam tanaman sela
Sumatera Selatan termasuk dalam Daerah Penghasil Karet Melimpah di Indonesia, ternyata juga mengalami penurunan produksi karet. Solusinya, petani di Sumatera Selatan mencoba menanam tanaman sela dengan jarak lebar sehingga tidak mengganggu produktivitas karet dan menguntungkan bagi petani.
- Meningkatkan kualitas dan memperbaiki rantai pasok karet nasional.
Melalui Ditjenbun, pemerintah telah membentuk 651 unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB) pada tahun 2020. Hasilnya sebanyak 498 Unit UPPB telah terdaftar, sedangkan sisanya masih belum. Selain meningkatkan mutu bahan olah karet (bokar), harga penjualan karet juga meningkat sebanyak 85% hingga lebih dari 90%.
- Dorongan hilirisasi karet.
Melalui UPPB, pemerintah mendorong agar hilirisasi dapat dilakukan. Produk hilirisasi yang dapat dihasilkan antara lain pelapis sandal dan sepatu, aspal karet, karet feeder, dan masih banyak lagi.
Masih diperlukan usaha yang lebih untuk meningkatkan produktivitas karet. Jika produktivitas karet dibiarkan merosot, posisi Indonesia sebagai penghasil karet kedua di dunia kemungkinan bisa diganti oleh negara lain. Pentingnya masyarakat Indonesia untuk menggunakan produk pertanian dalam negeri untuk menghindari produktivitas menurun. Jangan lupa untuk selalu update wawasan tentang agrikultur di Indonesia melalui website Gokomodo, ya!