Macam-Macam Penggunaan Bioteknologi pada Produk Olahan Kelapa Sawit
Produk olahan kelapa sawit sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari, seperti sabun, deterjen, margarin, pupuk, bahan bakar minyak, dan masih banyak lagi. Mungkin sebagian besar produk olahan kelapa sawit menggunakan bahan kimia dalam proses pembuatannya. Dengan adanya pembaruan teknologi dalam pertanian, kini produk olahan kelapa sawit dapat diolah melalui bioteknologi. Sebelum berbicara lebih lanjut tentang bioteknologi pada produk kelapa sawit, ada baiknya Mengenal Bioteknologi Pertanian dan Penerapannya di Masa Sekarang.
Bioteknologi pada Produk Olahan Kelapa Sawit
Agar memiliki nilai yang lebih tinggi, pemerintah menyarankan adanya hilirisasi hasil dari kelapa sawit. Setelah diolah kembali, ternyata produk dari kelapa sawit jauh lebih bermanfaat dan bisa digunakan oleh konsumen secara langsung. Hal ini tentunya tidak terlepas dari penggunaan bioteknologi pada produk olahan kelapa sawit. Lalu apa saja bioteknologi yang digunakan?
Bioteknologi Pembuatan Biogas dari Limbah Kelapa Sawit
Limbah cair kelapa sawit (POME) merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan saat mengolah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit. POME baru yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar biasa disebut dengan untreated atau raw POME. Untreated POME memilki kandungan organik yang tinggi dan dapat diolah kembali menjadi biogas melalui sistem pengolahan tanpa oksigen. Dalam pembuatan biogas, POME dicampurkan dengan bahan organik lainnya seperti kotoran sapi dan kalsium. Pada kotoran sapi terdapat mikroorganisme yang mampu merombah bahanorganik POME menjadi metana secara optimal. Kalsium berfungsi untuk mempersingkat waktu produksi biogas serta mempercepat waktu fermentasi.
Pemanfaatan Bioteknologi pada Pembuatan Biofuel Kelapa Sawit
Selain limbah cair, kelapa sawit juga menghasilkan limbah padat yang kebanyakan terdiri dari pelepah, batang, serat buah, dan cangkang kelapa sawit. Biomassa digunakan sebagai bahan bakar, mulsa, dan pupuk. Biomasa dapat diubah menjadi biofuel dengan memanfaatkan bioteknologi konvensional. Biomassa kelapa sawit yang sudah dikumpulkan kemudian difermentasi dengan kotoran hewan tanpa oksigen atau dengan cara anaerob. Dari fermentasi tersebut dihasilkan alkohol dan ester.
Bioteknologi dalam Pembuatan Bioetanol dari Lignoselulosa
Etanol dapat digunakan dari limbah nabati, salah satunya adalah limbah kelapa sawit. Sebelum adanya pembaruan, pembuatan etanol melewati sistem hidrolisis dan fermentasi yang terpisah. Setelah adanya bioteknologi, proses pembuatan etanol harus melewati prses hidrolisis, fermentasi, dan sakarifikasi. Proses hidrolisis digunakan untuk memecah polimer selulosa menjadi glukosa yang memanfaatkan enzim sebagai pengurainya.
Proses fermentasi berguna untuk memngubah lignoselulosa menjadi alkohol. Nah, pada proses selanjutnya yaitu sakarifikasi berguna untuk mengubah gula menjadi etanol dengan memanfaatkan mikroba Sacharomices cerevisae. Setelah ketiga proses tersebut dilalui, etanol melewati proses separasi dan distilasi, sehingga menghasilkan produk bioetanol. Bioetanol dapat digunakan sebagai bahan bakar lingkungan yang ramah lingkungan karena minim emisi gas karbon. Penggunaan bioetanol sendiri sudah dilakukan sejak 2010 di Uni Eropa.
Bioteknologi dalam Pembuatan Yoghurt Kelapa Sawit
Siapa sangka pembuatan yoghurt hanya menggunakan susu saja? Ternyata bisa ditambahkan dengan minyak kelapa sawit, lho. Untuk membuat yoghurt kelapa sawit, diperlukan bakteri Lactobacillus bulgaricus, Strepcoccus thermophilus, dan susu skim dari minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berperan penting dalam tingkat keasaman dan pH pada yoghurt. Untuk mengurangi bau minyak kelapa sawit pada yoghurt, boleh digunakan penambahan rasa dan gula pasir.
Itulah beberapa pemanfaatan bioteknologi pada produk olahan kelapa sawit maupun limbahnya. Ternyata, bioteknologi sangat bermanfaat dan banyak digunakan di masa sekarang dan masa depan. Tertarik dengan artikel tentang bioteknologi? Simak selengkapnya hanya di website Gokomodo, ya!