Di Indonesia, peremajaan (replanting) telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/KB.330/5/2016 tentang Pedoman Umum Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit. Peremajaan kelapa sawit merupakan upaya pengembangan perkebunan dengan melakukan penggantian tanaman kelapa sawit yang sudah berusia tua maupun yang sudah tidak produktif dengan tanaman yang  baru. Penggantian tanaman tersebut bisa dilakukan secara langsung maupun bertahap.

Source: Asian Agri

Peremajaan menjadi hal prioritas untuk menjaga stabilisasi produktivitas. Selain itu, dengan melakukan peremajaan bisa menghemat ongkos produksi minyak. Hal ini dikarenakan kelapa sawit yang sudah berusia tua perlu perawatan yang memakan tidak sedikit biaya. Menurut PASPI, peremajaan kelapa sawit yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan produksi CPO (Crude Palm Oil) menjadi 7,4 ton/ha atau total 104 juta ton pada tahun 2050.

Syarat dan Peraturan Peremajaan Kelapa Sawit

Meskipun peremajaan kelapa saiwt menjadi salah satu program pemerintah, namun untuk melakukannya harus memenuhi beberapa persyaratan yang meliputi:

• Pemilik perkebunan sawit harus terdaftar menjadi anggota kelembagaan petani, koperasi, maupun lembaga lainnya yang sejenis. 
• Lembaga tersebut akan mendaftarkan pemilik perkebunan sawit ke Dinas Perkebunan Kabupaten maupun Provinsi setempat. Setelah itu perlu melakukan verifikasi secara administrasi maupun lapangan. Hasil dari proses verifikasi yaitu rekomendasi teknis.
• Setelah rekomendasi teknis dikeluarkan, kemudian diserahkan kepada Badan pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebagai perwakilan pemerintah. Jika dinyatakan sesuai, maka BPDPKS akan mengeluarkan Surat Keputusan Direktur Utama yang berisi bahwa pemilik kebun tersebut menjadi calon penerima dana program peremajaan kelapa saiwt dari pemerintah.
• Pemilik kebun yang sudah menerima Surat Keputusan Direktur Utama melanjutkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara koperasi (atau lembaga yang sejenis), pihak bank sebagai penyalur dana, dan BPDPKS. Setelah penandatanganan selesai, dana peremajaan akan dikirmkan langsung pada pemilik perkebunan kelapa sawit.

Faktor yang Mempengaruhi Peremajaan Kelapa Sawit

Melihat jumlah perkebunan kelapa sawit yang berusia lebih dari 20 tahun semakin tahun terus bertambah, maka diperlukan peremajaan sawit. Selain diberlakukan syarat sebelum melakukan peremajaan, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa peremajaan perlu dilakukan peremajaan.

Faktor fisik

Faktro fisik merupakan kriteria yang ditetapkan untuk perlakuan peremajaan dilihat dari bentuk fisik sawit sawit. Kriteria fisik peremajaan kelapa sawit antara lain:

• Meskipun menjulang tinggi, ketinggian ekonomis kelapa sawit hanya 12 meter saja. Lebih dari itu akan kesulitan untuk memanen buah kelapa sawit dan sudah dianggap tidak produktif lagi.
• Kerapatan perkebunan kelapa sawit idealnya 128-160 pohon/ha terganting pada bahan tanam, topografi, dan kesuburan lahan. Peremajaan dilakukan apabila kepadatan menurun hingga <80 pohon/ha.
• Turunnya jumlah kepadaatan pohon juga berpengaruh terhadap turunnya hasil panen. Misalnya saja kepadatan kelapa sawit sebanyak 143 pohon/ha dan menghasilkan 25 ton TBS/ha/tahun. Jika kepadatannya turun menjadi 100 pohon/ha, maka TBS yang dihasilkan sebanyak 17,5 ton/ha

Faktor ekonomi

Faktor fisik dari sawit juga berkaitan dengan faktor ekonomi untuk menentukan masa peremajaan. Kondisi fisik kelapa sawit yang tidak mendukung akan membuat biaya perawatan dan panen akan lebih tinggi dibandingkan hasil panennya. Meskipun dengan peremajaan akan menurunkan pendapatan petani, namun pendapatan akan kembali stabil ketika sudah 3-4 tahun sejak peremajaan. 

Dengan adanya peremajaan kelapa sawit, pendapatan negara dari sektor perkebunan sawit akan bertambah setiap tahunnya. Semakin naik nilai valuasi kelapa sawit, semakin banyak juga investor yang tertarik. Tertarik tentang investasi kelapa sawit? Pelajari Serba-Serbi Investasi Sawit, Perhatikan 10 Hal Ini dan artikel Gokomodo lainnya, ya!