Permasalahan Perkebunan Kakao di Indonesia, Ada Apa Saja?
Sebagai salah satu komoditas unggulan perkebunan Indonesia, kakao memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian negara. Tak hanya menjadi sumber pendapatan bagi para petani, luasnya perkebunan kakao juga berpengaruh pada meningkatnya sumber bahan baku industri dan membuka banyak lapangan pekerjaan.
Sayangnya, menduduki posisi ketiga sebagai negara pengolah cokelat dan posisi keenam sebagai negara penghasil biji kakao terbesar di dunia tidak membuat Indonesia lepas dari permasalahan. Nah, kali ini Gokomodo akan membahas mengenai apa saja permasalahan perkebunan yang seringkali terjadi di perkebunan kakao. Simak dengan baik, ya!
Permasalahan Perkebunan Kakao di Indonesia
Permasalahan yang ada di perkebunan kakao dinilai sangat kompleks. Sebab, tidak hanya tentang bagaimana cara meningkatkan produktivitas lahan, namun para petani juga harus siap menghadapi keterbatasan SDM dan fluktuasi harga yang selalu berubah.
1. Produktivitas Lahan
Pertama adalah permasalahan produktivitas lahan. Jika ditinjau lebih dalam, perkembangan kakao di hilir dan hulu jelas sangat berbanding terbalik. Pada proses pengolahan dan pemasaran, industri kakao sudah cukup bagus, sayangnya di perkebunan ada sekitar 20-30 persen tanaman yang termasuk ke dalam kategori tanaman tua, rusak, dan tidak produktif.
2. Hama Tanaman
Permasalahan lain yang dihadapi oleh petani di perkebunan cokelat adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau hama. Kendala penanaman kakao di Indonesia ini telah sejak lama ditangani, namun hingga saat ini penanganannya masih belum optimal.
3. Keterbatasan SDM
Hal lain yang menjadi permasalahan di kebun kakao adalah terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkaitan dengan kakao, baik itu petani maupun tenaga pendampingnya. Tak hanya jumlah, SDM yang ada juga terbatas dalam hal pemahaman akan keterampilan mengelola kebun yang tepat.
4. Rantai Pemasaran yang Panjang
Biji kakao tidak bisa langsung dijual layaknya buah-buahan lainnya. Setelah selesai diproduksi petani, kakao masih harus melewati sebuah rantai pemasaran yang panjang untuk bisa dinikmati masyarakat.
Mengapa demikian? Sebab industri pengolahan kakao berada di area Jawa dan sekitarnya. Padahal, sentra produksi kakao berada dari ujung barat Aceh hingga ujung timur Papua yang sangat jauh dari rantai pasok industri.
5. Terbatasnya Akses Permodalan
Permasalahan lain yang masih harus dihadapi adalah keterbatasan akses pekebun pada permodalan. Masalah biaya ini merupakan kendala bagi penanaman kakao di Indonesia. Sebagai contoh, ada seorang petani yang belum memiliki cukup uang untuk membeli pestisida guna mengendalikan hama atau belum optimal dan memadainya proses penanganan pascapanen.
6. Fluktuasi Harga
Selain masalah di atas, para petani juga dihadapkan pada fluktuasi harga biji kakao. Harga jual biji kakao yang masih naik-turun tidak menentu membuat para petani harus siap dengan berbagai kondisi pasar. Hal ini tak bisa dihindari karena harga biji kakao Indonesia masih berpatokan pada harga internasional.
7. Perubahan Iklim
Adanya perubahan iklim juga berdampak besar dalam proses penanaman kakao di Indonesia. Perubahan musim yang tidak menentu menjadi salah satu kendala dalam penentuan tata kelola kebun. Hal ini tentu akan berdampak pada angka produksi kakao di Indonesia.
8. Penanganan Pascapanen Belum Optimal
Kondisi biji kakao di Indonesia yang sebagian besar belum terfermentasi membuat para petani bimbang. Hal ini mengakibatkan kebun kurang terawat dan terpelihara yang pada akhirnya berimbas pada produksi yang rendah – Hal yang Perlu Kamu ketahui Tentang Pasca Panen Kakao.
Tak hanya itu, penanganan pascapanen kakao di Indonesia yang masih belum optimal juga membuat angka produksi semakin turun. Terlebih lagi, harga jual biji kakao rupanya masih jauh dari harapan para petani, sehingga banyak orang yang beralih dari profesi ini.
Berbagai permasalahan di perkebunan cokelat tersebut tentunya harus menjadi perhatian kita bersama. Semoga saja di kemudian hari, Indonesia dapat lebih optimal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada, khususnya untuk kemajuan industri kakao.