Ternyata, Minyak Kelapa Sawit dari Perkebunan Indonesia Digemari di Cina
Banyak sekali ditemui barang-barang impor dari Cina di Indonesia, mulai dari otomotif, elektronik, alat rumah tangga, dan lain-lain. Dapat dikatakan Indonesia menjadi pasar produk yang berasal dari Cina. Akankah di masa depan Indonesia hanya ‘menggunakan’ barang dari Cina?
Di masa depan, Indonesia tidak hanya menjadi pangsa pasar produk Cina tetapi juga menjadikan Cina sebagai pangsa pasar komoditas Indonesia. Baru-baru ini, Cina mengumumkan komitmennya dengan Indonesia melalui perdagangan minyak kelapa sawit. Sudah menjadi rahasia umum jika minyak kelapa sawit dari Indonesia menjadi komoditas yang paling banyak dicari pasar Internasional. Tidak heran apabila Produktivitas Kelapa Sawit Mampu Menunjang Perekonomian Negara.
Pada November 2022, kerjasama perdagangan minyak kelapa sawit telah dilaksanakan antara Kementrian Perdagangan Indonesia dan Cina. “Acara tandatangan ini merupakan tindak lanjut pertemuan bilateral antara kedua negara pada akhir Juli lalu atas komitmen RRC membeli 1 juta ton produk CPO,” terang Menteri Perdagangan Indonesia. Perjanjian perdagangan minyak kelapa sawit antara Indonesia dan Cina melibatkan China Chamber of Commerce for Import and Export for Foodstuffs, Native Produce & Animal By-Products (CFNA), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Gabungan Minyak Nabati Indonesia (GIMMI), Asosiasi Minyak Makan Indonesia (AIMMI), Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN), dan empat asosiasi pengusaha bidang perikanan.
Berdasarkan pemaparan Wakil Menteri dan Deputi Perdagangan Internasional Cina, Cina telah menjadi ‘pelanggan setia’ minyak sawit produksi Indonesia sejak 7 tahun yang lalu. Melalui kerjasama yang sudah terjalin lama ini diharapkan Cina dan Indonesia tetap berkomitmen untuk melakukan hubungan perdagangan untuk komoditas lainnya. Menindaklanjuti komitmen bilateral ini, pengusaha minyak sawit berusaha untuk meningkatkan ekspor dan produksi minyak sawit. Pada tahun 2023, diharapkan ekspor CPO (Crude Palm Oil) ke Cina bisa melebihi 1,5 juta ton.
Peningkatan jumlah ekspor minyak sawit juga dipengaruhi permintaan dari masyarakat Cina. Menurut Chen Ying, perwakilan CFNA, gaya hidup masyarakat Cina sudah berganti menjadi green lifestyle dengan cara mengonsumsi produk berkelanjutan dan meminimalisir kerusakan alam. Green lifestyle membuat masyarakat Cina bersedia membayar lebih produk yang berkelanjutan, termasuk minyak sawit. Simak terus perkembangan industri sawit di Indonesia melalui artikel Gokomodo.