Diterbitkan 28 Apr 2023

Petani dan Permasalahan Sektor Agrikultur di Indonesia

News
permasalahan agrikultur

Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang berarti sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Tentu dengan predikat tersebut diikuti dengan beberapa polemik-polemik seiring berkembangnya zaman dan sistem pertanian di Indonesia. Gokomodo merangkum beberapa masalah pertanian yang memerlukan perhatian khusus.

Peran generasi muda dalam sektor pertanian

Meskipun dikenal sebagai negara agraris, populasi petani semakin menurun seiring berjalannya waktu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia saat ini krisis petani muda. Pada tahun 2011, sebesar 29.18% jumlah generasi muda di Indonesia bekerja pada sektor pertanian, namun jumlahnya menurun sebanyak 10% pada tahun 2021. Jumlah ini membawa Indonesia berada di urutan keenam negara dengan jumlah tenaga kerja pertanian tertinggi di wilayah ASEAN tahun 2020. Penyebab utamanya adalah masih minimya penggunaan teknologi baru dan lebih terpaku dengan metode konvensional pada sektor pertanian sehingga generasi milenial kurang tertarik untuk langsung  terjun ke lapangan. Hasil Susenas 2022 menunjukkan sebanyak 51,65% petani di Indonesia hanya tamatan Sekolah Dasar sehingga kurang ‘terpengaruh’ oleh teknologi. Oleh karena itu, diperlukan Bekal Petani Menghadapi Industri 4.0 berupa literasi digital dan update mengenai teknologi pertanian terbaru. 

Bantuan dana dan pendapatan petani

Alat dan bahan yang digunakan dalam sektor pertanian pastinya tidak dihargai dengan murah. Petani kesulitan untuk mengakses pendanaan yang layak untuk pengolahan lahan, merawat tanaman, hingga pestisida untuk mengatasi OPT. Akibatnya, banyak petani yang pasrah dengan keadaan yang ada dan menyebabkan produktivitas pertanian juga terganggu. Dilain sisi, pendapatan petani juga tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk merawat lahan. Rendahnya pendapatan petani dapat dilihat dari jumlah penerima BLT dari Pemerintah yang didonminasi oleh petani sebanyak 54,17% pada tahun 2021. Penyebab rendahnya pendapatan adalah perubahan iklim yang tidak menentu dan rendahnya nilai beli tengkulak di pasaran sehingga membunuh petani perlahan. 

Menurunnya jumlah dan kualitas lahan

Pertanian skala besar membutuhkan lahan yang luas pula. Menurut data dari BPS, luas Lahan Baku Sawah (LBS) di Indonesia pada tahun 2020 seluas 10,66 juta hektare dan menyusut pada tahun 2021 menjadi 10,52 juta hektare. Jumlah lahan menyusut dikarenakan banyak pengalihan fungsi lahan menjadi  kawasan industri, jalan raya, jalan tol, pusat perbelanjaan, dan perumahan. Kualitas lahan kian memburuk lantaran perawatan lahan kurang maksimal. Dengan penurunan kualitas lahan inilah yang menyebabkan banyaknya tanah yang dialih fungsikan. 

Pemerintah sudah berupaya untuk meregulasi terkait penggunaan lahan dan bantuan dana untuk petani melalui berbagai peraturan menteri. Besar harapan untuk pemerintah untuk segera memperbaiki polemik yang sudah ada dan mengantisipasi polemik pertanian kedepannya. Pantau terus website Gokomodo untuk update harian seputar pertanian, ya!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin