Diterbitkan 18 Feb 2023

Eropa Melempem Ingin Bekukan Kelapa Sawit Indonesia

Agri Edu
Eropa melempem dengan sawit Indonesia

Awal tahun 2023 ini Komisi Uni Eropa telah menyetujui Undang-Undang (UU) yang melarang masuknya produk yang berkaitan dengan deforestasi. Ada 6 komoditas berbasis lahan yang terancam dilarang masuk Uni Eropa (UE), yaitu kopi, daging sapi, kedelai, cokelat, karet, dan beberapa turunan minyak sawit. UE juga melarang impor produk terkait deforestasi salah satunya minyak kelapa sawit serta mewajibkan pernyataan uji tuntas bahwa kelapa sawit tidak berkontribusi pada perusakan hutan sebelum mereka menjual barangnya. 

Hal ini sangat disayangkan karena kehilangan pasar Eropa menjadi potensi yang besar selain dari distribusi kelapa sawit yang menjadi terhambat. Isu terkait pelarangan ekspor hasil turunan sawit ini begitu kencang dan banyak penolakan oleh berbagai pihak. Namun berbeda dengan Indonesia yang tetap tenang, mengapa?

Kebutuhan Dasar dan Minyak Sawit Berbagai Negara Meningkat

Pasar sawit akan tetap tumbuh seiring meningkatnya populasi dunia dan munculnya berbagai macam kebutuhan sehari-hari seperti makanan, kosmetik, energi, dan industri. Indonesia tidak perlu ketakutan kehilangan Eropa, karena pasar yang lainnya akan terus tumbuh dengan baik. Ada sepuluh negara tujuan ekspor minyak sawit yang meningkat kebutuhannya, seperti China, India, Amerika Serikat, Belanda, dan Rusia.  Amerika Serikat naik dari peringkat 5 pada awal tahun 2022 menjadi peringkat 3 sebagai negara pengimpor utama produk sawit Indonesia pada akhir tahun2022.

Eropa Kehilangan Pengekspor Sawit Terbesar Dunia

Pangsa pasar palm oil dunia mencapai 230 juta ton dan 33% sudah dimiliki Indonesia, hal ini menjadikan Indonesia negara pemasok minyak sawit terbesar. Pada tahun 2022 Eropa tidak ingin melarang sawit Indonesia karena akan sulit mencari negara pengekspor sawit terbaik akibat kebutuhan industri Eropa yang cukup tinggi.

Penyerapan Minyak Sawit dalam Negeri Meningkat

Minyak sawit juga bisa mendorong ketahanan energi nasional seperti yang sudah dilakukan pemerintah melalui program B35. Program B35 yang akan diimplementasikan berupa 35% biodiesel dan 65% untuk solar untuk penggunaan bahan bakar pada alat pertanian. Jika program B35 terus didorong dan konsisten maka pemakaian produk turunan sawit tidak perlu dikhawatirkan. 

Kelapa sawit memang mempunyai banyak kelebihan dan telah menjadi primadona ekspor Indonesia. Tantangan pasti akan selalu ada namun yang terpenting adalah inovasi dan perkembangan untuk maju dan memegang prinsip budidaya berkelanjutan agar dapat diterima dengan baik di pasar manapun. 

Tertarik dengan informasi menarik lainnya? Jangan lupa kunjungi website Gokomodo sekarang ya!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin