Heri Kustanto, Sosok yang Gigih Mempertahankan Kebermanfaatan KUD bagi Masyarakat Desa Marga Mulya
Koperasi adalah organisasi yang dikelola secara kolektif oleh orang-orang yang bekerja sama untuk memajukan perekonomiannya. Diharapkan menjadi soko guru ekonomi nasional sejak zaman kemerdekaan, eksistensi koperasi masih bertahan hingga saat ini. Mengacu data Kementerian Koperasi dan UKM pada 2021, jumlah koperasi aktif di Indonesia mencapai 127.846 unit dengan volume usaha sebesar Rp182,35 triliun. Jumlah anggota saat ini diperkirakan mencapai 25 juta orang. Koperasi mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Di Indonesia, terdapat berbagai jenis koperasi, mulai dari Koperasi Simpan Pinjam hingga Koperasi Unit Desa.
Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi atau pusat layanan ekonomi yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi di daerah pedesaan. KUD berperan sebagai wadah bagi para pelaku ekonomi desa untuk mempermudah pendirian usaha, meningkatkan hasil produksi serta meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat desa. KUD sangat dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan, terutama bagi para petani dan nelayan. Dulu KUD dibangun untuk menyalurkan pupuk bersubsidi dan pengadaan pangan bagi masyarakat tidak mampu. Peran KUD ini semakin penting ditengah pemerintah yang menggalakkan program swasembada pangan dan ketahanan pangan.
Kendati demikian, pada masa pandemi, koperasi juga mengalami berbagai kendala dalam menjalankan usahanya. Sebagian besar koperasi mengalami pengembalian pinjaman yang terganggu, omzet menurun, penarikan simpanan, penundaan Rapat Anggota Tahunan, dan kendala lainnya.
Pengembangan koperasi pun memiliki tantangan sendiri, sehingga perlu dilakukan upaya penguatan peran koperasi. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas SDM dan pengelolaan koperasi, penggunaan teknologi dalam menjalankan usahanya dapat dilakukan untuk mengatasi masalah koperasi. Upaya digitalisasi ini dapat dilakukan baik melalui pembinaan, pendampingan serta kemitraan.
Hal inilah yang dilakukan oleh Heri Kustanto, Ketua Koperasi Marga Mulya, Kecamatan Tanjung Makmur, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Heri sudah menjadi ketua sejak tahun 2008. Selama masa kepengurusannya, Heri mengalami banyak tantangan dalam mempertahankan eksistensi koperasi di era masa kini.
“Wah, tugasnya banyak, saya memimpin program-program yang ada di KUD Marga Mulya. Dalam menjalankan tugas, saya bekerja dengan banyak orang, sehingga dalam pengerjaannya, saya merasakan asam manis dari dinamika koperasi yang kompleks. Namun semuanya saya hadapi demi kemajuan koperasi ini,” tutur Heri dalam wawancaranya melalui telekonferensi dengan Gokomodo, pada hari Kamis (10/11)
Saat ini KUD Marga Mulya berjumlah 315 anggota dengan profesi anggota yang bermacam-macam, mulai dari petani dan pekebun, hingga PNS dan anggota kepolisian. Sebagai wilayah monokultur, semua anggota KUD Marga Mulya memiliki usaha perkebunan sawit dan memanfaatkan KUD Marga Mulya untuk mempermudah penjualan hasil panen.
“Saat ini, KUD Marga Mulya sedang fokus untuk program replanting kelapa sawit atau peremajaan kelapa sawit rakyat, untuk itu kita juga bermitra dan bekerja sama dengan Gokomodo, untuk membantu anggota koperasi dan juga masyarakat sekitar di Desa Tanjung Makmur,” terang Heri.
Empat belas tahun mengemban tugas sebagai Ketua, Heri menyadari pentingnya keberadaan KUD di pedesaan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa. Ia menceritakan bagaimana KUD Marga Mulya berperan dalam memfasilitasi perawatan kebun, menyalurkan hasil panen kebun-kebun anggota ke pihak perusahaan, serta membantu para anggota untuk mendapatkan harga jual yang layak.
“Sayang kalau koperasi ga berjalan dengan aktif, menurut saya sangat penting sih untuk membantu masyarakat, penjualan panen melalui koperasi harga jualnya bisa lebih tinggi. Kita juga bisa menyediakan kelengkapan kebutuhan-kebutuhan pertanian dengan lebih mudah dan murah,” ujar Heri.
Kendati demikian, Heri tidak menyangkal bahwa pengelolaan koperasi tidak begitu mudah. Ia menceritakan dinamika internal yang pasang surut kadang membuatnya harus bisa bersabar dan lapang dada, misalnya para pengurus koperasi mudah mendapatkan sentimen jika dapat membeli barang yang harganya agak mahal.
“Pengalaman lucu banyak sih, tapi kalau dukanya kita sering kena sorotan, misalnya kita bisa makan enak dikit, dikira kita pakai uang koperasi, kita bisa beli barang yang agak mahal, dikira kita menggunakan uang koperasi,”
Namun, permasalahan-permasalahan tersebut tidak lantas menyurutkan semangatnya untuk menjalankan kinerjanya dengan baik sebagai ketua KUD. Mungkin, hal inilah yang membuatnya dipercaya para anggota KUD Marga Mulya untuk terus menjadi Ketua KUD Marga Mulya selama hampir 15 tahun.
“Ada yang pro dan kontra itu biasa dalam organisasi. Kita buktikan dengan kinerja saja, yang penting kita terus membantu anggota-anggota koperasi. Yang penting kita kalau ada apa-apa musyawarah, kalau ada masalah kita selesaikan secara kekeluargaan,” lanjut Pak Heri.
Namun, Heri merasa nyaman dan bangga dengan kultur kerja di koperasi. Berbeda dengan perusahaan yang kebijakannya diputuskan oleh jajaran manajerial, kendati secara struktural ketua adalah yang tertinggi, namun dalam koperasi, pengambilan keputusan ketua tidak boleh bertentangan dengan hasil musyawarah mufakat dengan anggota yang diwakili dan badan pengawas.
“Kalau di koperasi enak, kita bisa musyawarah dulu baru kita jalankan,” ujar Heri sambil terkekeh.
Menyadari peran penting KUD, selain menjalankan program, ia memperluas jaringan kemitraan dan mendorong para anggotanya untuk memanfaatkan platform digital untuk memenuhi kebutuhan perkebunan mereka. Hal inilah yang menjadi alasan KUD Marga Mulya menjalin kemitraan dengan Gokomodo, startup agritech yang berfokus di bidang rantai pasok serta layanan agribisnis di Indonesia, khususnya perkebunan kelapa sawit.
“Menurut saya apa yang ditawarkan Gokomodo ini akan membantu masyarakat di Marga Mulya. Harapan saya, KUD Marga Mulya bisa tambah maju, dan khususnya anggota KUD dapat terbantu dengan penyediaan Gokomodo atas produk-produk yang biasanya sulit didapatkan, sehingga mereka dapat membeli produk perkebunan yang murah dan asli dengan mudah,” terang Heri.
Heri adalah salah satu figur pahlawan yang menyokong agrikultur di Indonesia melalui perannya dalam membangun dan mempertahankan eksistensi Koperasi Unit Desa (KUD). Kepedulian dan konsistensinya dalam membantu para pelaku usaha perkebunan di desa Marga Mulya perlu diapresiasi banyak pihak. Karena kolaborasi para stakeholder agrikultur, mulai dari pemerintah, swasta, agritech, hingga KUD seperti yang dilakukan Heri merupakan kunci mengoptimalkan pembangunan agrikultur di Indonesia.