Inilah Pengaruh Iklim pada Perkembangan Kelapa Sawit
Iklim adalah kebiasaan dan karakter cuaca yang terjadi di suatu daerah atau tempat dalam kurun waktu tertentu yang meretang dari bulanan hingga tahunan. Iklim dibagi menjadi empat jenis, yakni iklim tropis, iklim subtropis, iklim sedang, dan iklim dingin. Iklim berpengaruh terhadap berbagai sektor, termasuk sektor agrikultur, dan salah satunya pada perkembangan tanaman kelapa sawit.
Iklim tentunya dapat berubah karena adanya beberapa faktor, salah satu sebab perubahan iklim adalah pemanasan global. Dimana pemanasan global juga merupakan akibat dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, yang salah satunya adalah CO2 (karbon dioksida) di atmosfer bumi. Menurut penelitian PPKS di Sumatera Utara dalam kurun waktu 1971-2005, disebutkan bahwa telah terjadi peningkatan suhu udara rata-rata hingga 0,47°C. Di sisi lain, ada juga laporan yang menyatakan bahwa rata-rata kenaikan suhu global sudah mencapai hingga 1°C hingga tahun 2017.
Kondisi Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia di Masa Depan
Pemanasan global telah diyakini sebagai penyebab peningkatan fenomena iklim ekstrim di berbagai belahan dunia. Mulai dari mencairnya es di kutub, meningkatnya muka air laut, hujan dengan intensitas tinggi, kekeringan, banjir, hingga adanya gelombang panas. Di Indonesia sendiri, kondisi ini terutama curah hujan, berasosiasi dengan fenomena El Niño, yang mana intensitas dan frekuensinya mengalami peningkatan karena adanya efek dari pemanasan global.
Berkaitan dengan perkembangan tanaman kelapa sawit, fenomena El Niño ini bisa menyebabkan terjadinya kekeringan panjang yang nantinya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan, serta menurunkan produktivitas tanaman. Di Indonesia, daerah yang lebih rentan terjadi kekeringan adalah Indonesia bagian selatan dan bagian timur. Maka dapat dikatakan, di masa depan perkebunan kelapa sawit di daerah Sumatera bagian selatan, sebagian daerah Sulawesi, daerah Jawa Barat, dan sebagian Papua diperkirakan akan lebih rawan mengalami kekeringan. Sementara itu, perkebunan kelapa sawit yang berada di sebagian besar Sumatera dan Kalimantan bagian timur akan relatif lebih basah karena lebih banyak menerima curah hujan.
Pengaruh Iklim Ekstrim pada Perkembangan Kelapa Sawit
Terjadinya iklim ekstrim, dalam hal ini kekeringan, akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Sebagai gambaran, berikut adalah beberapa kondisi dan gejala yang akan terjadi.
1. Kekurangan Air pada Stadium I (nilai defisit air 200-300 mm/tahun)
Pada kondisi ini, akan terjadi pengurangan produksi tandan buah segar (TBS) hingga sebesar 21-32%. Hal ini akan ditandai dengan gejala pada tanaman, diantaranya:
- 3-4 pelepah daun muda mengumpul dan umumnya tidak membuka.
- 1-8 pelepah daun tua patah.
2. Kekurangan Air pada Stadium II (nilai defisit air 300-400 mm/tahun)
Pada kondisi ini, akan terjadi pengurangan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 33-43%. Dimana gejala yang terjadi pada tanaman adalah sebagai berikut:
- 4-5 pelepah daun muda umumnya tidak membuka.
- 5-12 pelepah daun tua patah.
3. Kekurangan Air pada Stadium III (nilai defisit air 400-500 mm/tahun)
Pada kondisi ini, akan terjadi pengurangan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 44-53%. Adapun gejala yang diperkirakan terjadi, yaitu:
- 4-5 pelepah daun muda mengumpul dan umumnya tidak membuka.
- 12-16 pelepah daun tua patah.
4. Kekurangan Air pada Stadium IV (nilai defisit air > 500 mm/tahun)
Pada kondisi ini, akan terjadi pengurangan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 54-65%. Hal ini ditandai dengan gejala, seperti:
- 4-5 pelepah daun muda mengumpul dan umumnya tidak membuka.
- 12-16 pelepah daun tua patah.
- Pucuk patah.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan tanaman kelapa sawit. Oleh karena itu, perlu adanya upaya adaptasi dan mitigasi terhadap potensi perubahan iklim terhadap perkebunan kelapa sawit yakni dengan menggunakan varietas tahan kekeringan, menyesuaikan teknik budidaya, dan meningkatkan nutrient use efficiency melalui teknologi pupuk nano.
Tertarik dengan informasi lain seputar pertanian, khususnya tanaman kelapa sawit? Kunjungi website Gokomodo untuk mendapatkan artikel-artikel menarik lainnya!