Apa yang Bisa Dipelajari dari Penyakit Bulai Jagung? Ada Banyak! Yuk, Simak Artikel Ini!
Penyakit bulai jagung sebagian besar disebabkan oleh jamur dari spesies Peronosclerospora dan Sclerospora. Apabila jamur tersebut menginfeksi tanaman jagung dan tidak segera ditangani, kerugian secara ekonomi bisa mencapai 30% di dataran rendah tropis, subtropis, area peralihan, maupun di dataran tinggi. Kerugian akibat bulai jagung bisa dihindari apabila mengetahui seluk beluk penyakit bulai jagung. Nah, pada artikel ini akan mengupas hal-hal yang perlu kamu tahu tentang penyakit bulai jagung.
Dimana bulai jagung biasa ditemui?
Biasanya jamur penyebab bulai jagung tumbuh di permukaan mapun di balik daun. Jamur tersebut terdiri dari sporangiopora dan sporangia. Sporangiopora berukuran pendek dan memiliki banyak cababng sterigmata yang terdiri dari hyaline dan conidia Sporangia akan berkecambah dan bagian inilah yang akan menginfeksi tanaman. Pada tahap selanjutnya, oospora terbentuk pada jamur.
Sebelumnya telah dijelaskan bulai jagung memang umum terjadi terutama di wilayah tropis. Ternyata, jamur penyebabnya memang dapat hidup pada suhu 21-33oC, tingkat kelembaban hingga 90%, dan banyak tanaman-tanaman muda yang rentan menjadi habitat jamur.
Penyebaran bulai jagung
Semua makhluk hidup akan melewati siklus hidupnya masing-masing, termasuk jamur penyebab bulai jagung. Awal siklus hidup jamur penyebab bulai jagung dimulai dari oospora di dalam tanah mulai berkecambah dan menyerang bagian akar tanaman jagung muda. Parahnya jamur ini mengganggu penyerapan nutrisi sehingga menyebabkan daun menguning dan pertumbuhan jagung terhambat. Penyakit bulai jagung sangat mudah menular karena menghasilkan spora yang mudah menyebar ke bagian tanah lainnya.
Setelah jamur ini menginfeksi tanaman inang, sporangiopora berkumpul dari stomata dan memproduksi sporangia. Inilah yang akan disebarkan melalui air hujan dan angin ke tanaman lainnya. Selain dari tanah ke tanah, penyebaran spora jamur penyebab bulai jagung juga bisa dari benih terinfeksi ataupun spora yang terbang terbawa angin sehingga bisa menempel pada tanaman lain. Meskipun bisa disebarkan melalui udara, oospora jamur ini tidak bisa bertahan lama di udara. Yang perlu diwaspadai ketika oospora terlepas bebas bisa bertahan selama 5-10 tahun dan masih memiliki kemampuan untuk menginfeksi tanaman lainnya.
SIklus penyakit bulai jagung
Setelah mengetahui bagaimana penyebaran bulai jagung, tidak ada salahnya untuk mengetahui tentang siklus penyakit bulai jagung. Dengan mengetahui siklus penyakitnya, pencegahan masih mungkin dilakukan. Siklus penyakit bulai jagung terbagi menjadi tiga. Apa sajakah itu?
- Infeksi primer
Infeksi primer bulai jagung melibatkan pergerakan inokulum (jamur) dari tanah hingga ke daun. Cara memperkirakan berapa lama jamur tersebut bisa sampai ke daun dengan rumus 10:10:24, yang artinya curah hujan minimal 10mm pada suhu 10oC selama 24 jam diperlukan untuk jamur berpindah. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka tidak bisa disebut sebagai infeksi primer. Selain menggunakan rumus tersebut, infeksi primer bulai jagung membutuhkan 1-2 cm oospora di atas permukaan tanah yang sudah basah lebih dari 16 jam pada suhu 8oC.
- Masa inkubasi
Setelah tanda infeksi primer bulai jagung mulai muncul, terdapat perubahan temperatur selama 5-17 hari sebelum bercak klorosis terlihat. Selama masa inkubasi, jamur tumbuh di dalam jaringan. Jika dibiarkan dapat memicu timbulnya infeksi sekunder.
- Infeksi sekunder
Infeksi sekunder jagung melibatkan perpindahan inokulu dari daun ke daun. Infeksi sekunder bisa terjadi karena bercak klorosis pada daun berada pada malam yang lembab dan hangat. Produksi sporangia di bawah bercak klorosis bisa terjadi apabila kelembaban lebih dari 98% dan suhu diatas 13oC selama 4 jam dalam tanpa pencahayaan. Sporangia akan berkecambah dan melepaskan zoospora yang bisa menyebar ke tandan lainnya.
Gejala Bulai Jagung
Karena bulai jagung memang disebabkan oleh jamur, gejala yang ditunjukkan tidak jauh dari klorosis pada daun dan pertumbuhan tanaman jagung menjadi terhambat, bahkan terancam tumbuh kerdil. Lebih spesisfiknya, gejala yang timbul bisa dibagi menjadi dua fase, diantaranya:
- Gejala fase vegetatif yang ditandai dengan daun berbentuk seperti kipas, menguning, dan tanda-tanda kekerdilan tanaman mulai terlihat.
- Gejala fase generatif ditandai dengan tongkol jagung tidak menutup semua dan biji tongkol tidak terisi sempurna.
Gejala yang bisa dilihat dengan jelas berupa bubuk warna putih yang ada di atas maupun bawah permukaan daun. Bubuk warna putih ini merupakan conidia jamur penyebab bulai jagung.
Apa yang Bisa Dilkukan untuk Mencegah Bulai Jagung?
Pencegahan bisa dilakukan sebelum maupun sesudah tanaman jagung terkena bulai jagung. Sejauh ini pencegahan paling efektif menggunakan bahan kimia berupa fungisida. Namun, penggunaan fungisida apabila populasi tanaman jagung yang terkena bulai jagung sangat banyak. Lalu, adakah cara lain untuk mencegahnya? Kabar baiknya, ada beberapa cara untuk mencegahnya selain menggunakan bahan kimia, diantaranya:
- Petik dan buang daun yang sudah terkena bulai jagung. Hati-hati dalam membuang daun karena jamur yang menempel masih bisa mengenai tanah dan akar tanaman sehat lainnya. Ada beberapa cara membuang daun yang terkena bulai, seperti dibakar.
- Buang tanaman jagung yang terkena bulai jagung berat.
- Hindari penanaman dengan jarak terlalu dekat dan pengendalian hama untuk sementara waktu, dengan tujuan menjaga sirkulasi udara agar jamur tidak tumbuh.
- Hindari penyiraman tanaman jagung saat malam atau saat tidak ada matahari, karena membuat jagung menjadi lebih lembab semalaman.
- Untuk menghindari infeksi oospora dari dalam tanah, rotasi tanaman perlu dilakukan. Jangan menanam ulang tanaman yang sama selama satu tahun. Baca lagi tentang rotasi tanaman pada artikel Jangan Terlewat Inilah Pentingnya Rotasi Tanaman Agar Tetap Menjaga Kesuburan Lahan.
Ternyata banyak juga yang bisa dipelajari dari penyakit bulai jagung. Jika ditemukan ada infeksi bulai jagung pada tanamanmu, coba cari referensi fungisida ampuh pembasmi bulai jagung di blog Gokomodo. Jangan lupa, beli fungisida di Gokomart terdekat, ya!