Diterbitkan 14 Feb 2024

Kapan Waktu yang Tepat untuk Peremajaan Karet? Ini Jawabannya

Agri Edu
Waktu Peremajaan Karet

Kita ketahui bersama bahwa karet merupakan salah satu komoditas perkebunan utama Indonesia yang membantu meningkatkan devisa negara dengan volume ekspor mencapai 2,99 juta ton dengan nilai US$ 5,10 miliar. Indonesia juga memiliki luas perkebunan karet mencapai 3,66 juta hektar di tahun 2017. Luas lahan di Indonesia memiliki kemampuan produksi hingga 3,68 juta ton dan produktivitas sekitar 1,19 ton/hektar.

Sayangnya, harga karet cenderung menurun dari waktu ke waktu karena kebanyakan tanaman sudah berusia lebih dari 25 tahun. Tanaman karet kini memiliki produktivitas yang rendah. Melihat fakta lapangan tersebut, ini tentu menjadi waktu yang tepat untuk peremajaan karet. Peremajaan juga mampu mengatasi berbagai serangan hama maupun penyakit yang selama ini membuat hasil tanaman karet kurang optimal.

Waktu yang Tepat untuk Peremajaan Karet

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, proses peremajaan karet rakyat harus segera dilakukan mengingat sebagian tanaman sudah berusia lebih dari 25 tahun. Selain itu, langkah peremajaan tanaman ini juga sebaiknya dipercepat untuk mengganti tanaman-tanaman karet yang selama ini dalam kondisi rusak serta memiliki produktivitas rendah.

Di antara seluruh perkebunan karet yang ada, 85% perkebunan karet Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat. Dari luas perkebunan karet rakyat tersebut, setidaknya ada sekitar 700 ribu hektar lahan yang perlu dilakukan peremajaan. Jika langkah ini bisa segera direalisasikan, maka produktivitas dan stabilitas harga karet akan lebih terjaga.

Sebagai gambaran awal, model peremajaan ke depan akan diarahkan melalui pola integrasi dengan tanaman lain. Misalnya seperti kopi, kakao, tanaman cabai atau tanaman lain yang disesuaikan dengan keunggulan komoditas di masing-masing wilayah. Melalui skema ini, dalam satu hektar lahan akan diisi oleh 60% tanaman karet dan 40% tanaman lain.

Alasan penggunaan skema peremajaan ini tentu sangat menarik. Sebab, penanaman tanaman lain dengan benih berkualitas akan menghasilkan produksi yang menguntungkan selama masa tunggu tanaman karet hingga siap panen. Bahkan, benih berkualitas bisa menghasilkan produksi hingga tiga kali lipat lebih banyak daripada hasil karet yang belum mengalami peremajaan.

Kerjasama dalam Peremajaan Karet 

Dalam proses peremajaan karet, Darmin Nasution berharap langkah yang dilakukan oleh Indonesia ini dapat ditiru oleh negara-negara lain sesama anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC), seperti Thailand dan Malaysia. Hal ini diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan harga karet di pasar dunia karena permintaan dan pasokan telah seimbang.

Sumber: iStock

Akan tetapi, rencana ini tentu tidak bisa dilakukan dengan mudah. Hal ini karena dibutuhkan kerjasama yang erat dengan negara-negara sesama produsen seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam untuk sama-sama mau melakukan peremajaan tanaman. 

Lebih lanjut, Dirjen Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono juga mengungkapkan bahwa proses replanting akan ditargetkan seluas 50 ribu ha/tahun agar dapat efektif sesuai rencana dari potensi seluas 700 ribu ha. Sementara itu, Thailand akan melakukan replanting seluas 65 ribu ha/tahun dan Malaysia seluas 25 ribu ha/tahun.

Proses replanting atau peremajaan karet memang sangat penting dilakukan. Sebab, replanting terhadap tanaman karet yang sudah tua akan berguna dalam meningkatkan produksi dan produktivitas petani di Indonesia. Nah, jika kamu tertarik dengan informasi lain seputar tanaman karet, baca juga Berikut 10 Hama Tanaman Karet yang Perlu Diwaspadai di website Gokomodo, yuk!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin