Diterbitkan 25 Jun 2024

Pahami Bulai Jagung: Gejala yang Harus Diwaspadai dan Solusi Pengendaliannya

Agri Edu
Bulai Jagung

Indonesia sebagai negara yang memiliki kelembaban yang tinggi menjadi habitat yang cocok untuk berkembangnya semua jenis jamur. Jamur berbahaya bagi makhluk hidup dan keberadaannya harus dibasmi agar tidak menyebabkan kerugian. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman pangan di Indonesia yang sangat banyak ditemui di Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera yaitu bulai jagung. Penasaran apa itu bulai?

Sumber: Pak Tani Digital

Singkatnya, bulai menjadi salah satu musuh petani jagung. Bagaimana tidak menjadi musuh jika kerugian yang dihasilkan mencapai 20-30% tergantung dari keparahan infeksi bulai. Kerugian disebabkan bulai dapat menyerang bagian daun, di mana tempat fotosintesis atau pemasakan makanan pada tanaman berlangsung. Lebih lengkap tentang bulai jagung, kamu dapat membaca pada artikel berikut ini

Penyebab Penyakit Bulai Jagung

Bulai jagung merupakan salah satu penyakit utama pada jagung yang menyebabkan kerugian serius saat panen nanti. Bulai disebabkan oleh organisme jamur palsu dan protista mirip jamur. Biasanya organisme yang menyebabkan buai jagung berasal dar spesies Peronosclerospora maydis, P. sorghi, dan P. philippinensis. Penyakit bulai tergolong berberbahaya karena dapat menular ke tanaman sehat yang masih dalam satu perkebunan dengan jumlah rata-rata 144 tanaman/minggu. Tak hanya tanaman dewasa saja, bulai juga dapat menular pada bibit tanaman. 

Gejala Penyakit Bulai Jagung

Sumber: Katadata

Gejala penyakit bulai terbagi menjadi beberapa tingkatan gejala, yang pasti tanaman akan mengalami klorosis jika sudah terkena bulai. Klorisis merupakan kondisi tanaman yang mengalami perubahan warna pada daun menjadi warna kuning sebagai akibat daun kekurangan zat klorofilnya. Awal klorosis pada tanaman hanya terjadi pada daun saja atau dikenal sebagai klorosis lokal. Lambat laun akan menjalar hingga bagian vital lainnya seperti titik tumbuh pada tanaman yang disebut sebagai klorosis sistemik.

Nah, saat sudah terjadi klorisis sistemik, perubahan tanaman jagung antara lain:

  • Terbentuknya tongkol dengan biji sangat sedikit dan banyak tongkol yang kosong/ompong.
  • Tongkol terbentuk tanpa klobot (daun pembungkus jagung) dan ukuran tongkol melebihi ukuran normal.
  • Banyak tongkol tumbuh pada satu bagian tanaman saja. Tongkol yang tumbuh biasanya berbentuk kecil-kecil atau berupa klobot yang tumbuh mirip daun. 

Pencegahan dan Pengendalian Bulai Jagung

Sama seperti penyakit lainnya, bulai dapat dikendalikan secara terpadu. Yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit bulai jagung seperti:

  • Memilih benih berkualitas, terutama benih hibrida. Benih hibrida terkenal dengan kemampuan produktivitas yang tinggi, tahan penyakit bulai, dan dirawat dengan fungisida kimia. Benih hibrida yang saat ini tersedia di pasaran yaitu P27, P35, dan BISI 18.
  • Semprot benih dengan fungisida berbahan aktif iprodium yang dicampur dengan carbio saat berusia 7-35 hst. Pemberian fungisida sebaiknya diberi jarak 7 hari.
  • Waktu tanam jagung juga berpengaruh dengan ketahanannya terhadap bulai jagung. Waktu yang tepat untuk menanam yaitu awal musim penghujan. 
  • Beri pupuk urea, pupuk SP, pupuk ZA, dan pupuk organik saat pemupukan pertama dan kedua. 
  • Jika penyakit bulai sudah mulai membandel, gunakan fungisida kimia. Agar pengendalian lebih efektif, semprotkan fungisida tersebut pada jam 04.00 – 05.30 pagi. 

Nah, itulah beberapa hal yang perlu kamu tahu tentang penyakit bulai jagung. Selain bulai jagung, masih banyak penyakit jagung yang disebabkan oleh beberapa jenis jamur lainnya yang dapat kamu baca pada artikel 5 Jenis Fungi yang Sering Menyerang Tanaman Jagung. Pantau terus update artikel terbaru di blog Gokomodo, ya!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin