Diterbitkan 24 Nov 2022

Hati-Hati Hama Ulat Api! Intip Cara Pengendaliannya Pada Tanaman Sawit

Agri Edu
hama ulat api

Salah satu tantangan dalam meningkatkan produktivitas hasil kelapa sawit Indonesia adalah kendala panen karena adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Gangguan OPT tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman, yang pada akhirnya menimbulkan kerugian hasil dan pendapatan petani. Hama yang paling banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit adalah ulat dan tikus. Serangan OPT dari ulat api (Ordo Lepidoptera & Famili Limacodidae) merupakan hama yang paling ditakuti dalam perkebunan kelapa sawit. Hal ini karena ulat api sudah dapat menyerang tanaman pada tahap pembibitan, yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi pohon sawit di masa mendatang. Lantas, bagaimana cara melindungi tanaman sawit dari hama ulat api? Sebelum mengetahui caranya, mari kenali jenis hama ulat api terlebih dahulu.

Mengenal Hama Ulat Api pada Tanaman Sawit

Ada empat jenis ulat api yang biasa menyerang kelapa sawit, yaitu: Setothosea Asigna, Setora Nitens, Darna Trima, dan Parasa Lepida Dari keempat jenis ulat api tersebut, jenis Setothosea Asigna merupakan jenis yang paling banyak menyerang tanaman kelapa sawit.

Sumber Foto: Nufarm Indonesia

Perbedaan nama-nama ulat api pada OPT ini disebabkan oleh struktur seperti duri-duri yang menyelubungi tubuhnya mengandung toksin yang dapat menimbulkan rasa gatal, sakit, dan sensasi seperti terbakar apabila tersentuh kulit. Pada umumnya, ulat api berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas di punggungnya. Panjang ulat bisa mencapai 30-36 mm dan lebarnya 14 mm. Telur berwarna kuning kehijauan, diletakkan berderet 3-4 baris pada permukaan bawah daun dengan jumlah telur yang bisa dihasilkan sebanyak 300-400 butir. Telur menetas setelah 4-8 hari. Stadia ulat lamanya 50 hari untuk menjadi kepompong, sedangkan kepompong pada umumnya berada di bawah permukaan tanah. Kepompong terdapat pada permukaan tanah di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit.

Seekor ulat mampu memakan 300-500 cm² daun. Ulat api menyerang bagian daun kelapa sawit dan mampu menggerogotinya hingga helaian daun berlubang atau habis menjadi lidi. Kehilangan daun dapat mencapai 50-90% per pelepah daun seperti yang tertera pada gambar berikut.

Sumber Foto: Direktorat Perlindungan Perkebunan

Ulat api menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda. Hal tersebut dapat mengganggu terjadinya proses fotosintesis pada tanaman sehingga menghambat proses pembentukan bunga dan buah yang berdampak pada penurunan kualitas, produksi, dan produktivitas kelapa sawit. Jika tidak dikendalikan sama sekali dapat mengakibatkan kematian. 

Gejala Serangan Ulat Api

Pada kelompok tanaman menghasilkan (TM) serangan ulat api akan mengganggu proses fotosintesis dan menyebabkan kerusakan daun yang dapat menurunkan produksi hingga 30-40% setelah 2 tahun terjadinya serangan. Sedangkan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) berumur 1 tahun, serangan Ulat Api dapat menurunkan produksi hingga 12-24% setelah 2 tahun terjadinya serangan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan beberapa perusahaan, serangan ulat api dapat menurunkan produksi sebanyak 25% pada tahun pertama, dan menurunkan produksi sebanyak 50% − 75% pada tahun kedua dan ketiga.

Pengendalian Hama Ulat Api pada Kelapa Sawit

Setelah mengetahui jenis-jenis dan siklus ulat api, para pengusaha dan petani sawit wajib mengetahui metode-metode pengendalian hama ulat api yang dapat menyerang tanaman sawit. Untuk mengendalikan populasi hama ulat api di perkebunan kelapa sawit, petani dapat memadukan metode pengendalian baik secara mekanis, biologi, dan kimia. Namun, dalam hal mengendalikan hama, akan bijak jika menggunakan prinsip-prinsip yang tidak merusak lingkungan, sehingga penggunaan pestisida harus digunakan sebagai opsi terakhir. Apa saja caranya?

  1. Pengendalian secara mekanis

Secara mekanis, petani dapat mengambil dan membunuh secara langsung ulat api yang menyerang bibit tanaman. Pada tanaman menghasilkan (TM), pengendalian secara mekanis dapat dengan cara mengumpulkan telur, larva, dan pupa/kepompong untuk kemudian dimusnahkan.

  1. Pengendalian secara biologis

Secara biologis, pengendalian hama ulat api dapat dilakukan dengan penggunaan Agensia Pengendali Hayati (APH). Pengendali hayati seperti Eocanthecona furcellata, cendawan Cordyceps militaris, Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina), dan Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV). Selain itu, cara lainnya dengan menanam Bunga Pukul Delapan (Tunera Subulata) yang berfungsi sebagai sumber pakan bagi predator ulat api.

  1. Pengendalian secara kimia

Pengendalian cara kimiawi hanya dilakukan jika populasi ulat api sudah mencapai sekitar 5 – 10 ekor ulat pada setiap pelepah daun. Tindakan dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida kimia (fogging) berbahan aktif dari Deltamethrin (Decis) yang bersifat racun kontak. Untuk tanaman yang masih rendah, disarankan dengan larutan Deltametrin dosis 2cc/liter air, sedangkan fogging untuk tanaman yang sudah tinggi. Insektisida ini diaplikasikan pada masa larva mulai instar dua, tiga, empat, dan lima. 

Gimana, udah paham kan bahaya dan cara mengendalikan ulat api? Nah, oleh karena itu, bagi kamu para pelaku usaha di bidang kelapa sawit yang sedang kesulitan menghadapi hama ulat api. Yuk, kunjungi website Gokomodo dan pesan pestisida untuk tindak cepat hama tanaman sawitmu! Kamu bisa membaca artikel satu ini: Punya Berbagai Manfaat, Begini Cara Mudah Kastrasi Kelapa Sawit

whatsapp
twitter
facebook
linkedin