Diterbitkan 17 Mar 2025

Bingung Mau Pilih Herbisida Sistemik yang Mana? Baca Artikel Ini Yuk Biar Dapat Pencerahan!

Agri Edu
Herbisida Sistemik

Gulma menjadi musuh bebuyutan para petani karena selalu muncul bahkan sebelum budidaya tanaman dimulai. Gulma yang mengganggu proses budidaya tanaman sebaiknya segera dikendalikan agar tidak menimbulkan kerugian dikemudian hari. Salah satu upaya untuk mengendalikan gulma yaitu dengan menggunakan herbisida sistemik. Apa saja yang perlu kamu tahu tentang herbisida sistemik? Yuk, baca artikel ini sampai selesai, ya!

Sumber: Green Ways Countryside Management

Jenis Herbisida Sistemik Berdasarkan Bahan Aktifnya

Herbisida merupakan salah satu zat kimia yang bekerja untuk membasmi gulma. Gulma yang tumbuh  tidak terkendali akan mengganggu pertumbuhan tanaman utama melalui kompetensi nutrisi. Menurut racunnya, herbisida terbagi menjadi dua yaitu herbisida sistemik dan herbisida kontak. Pada point ini, Gokomodo akan membahas semua hal yang perlu kamu tahu tentang herbisida sistemik

Herbisida sistemik merupakan pengendali gulma yang bekerja dengan cara menyalurkan racun yang sudah terserap ke dalam tubuh gulma ke seluruh bagian gulma. Dengan kata lain, racun pada herbisida sistemik bisa membunuh semua bagian gulma mulai dari akar, batang, daun, hingga bunganya. 

Tentu saja banyak jenis herbisida sistemik yang dijual dengan berbagai merek di toko pertanian. Nah, agar tidak terpaku dengan merek, yuk cari tahu lebih detail tentang racun herbisida sistemik yang sering digunakan!

Glifosat

Bahan Aktif glifosat merupakan racun herbisida sistemik yang banyak digunakan oleh para petani. Glifosat bekerja dengan menghambat enzim yang diperlukan gulma untuk membuat asam amino, tepatnya enzim 5-enolpiruvilshikimat-3-fosfat sintase (EPSPS). Asam amino menjadi komponen yang penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nantinya glifosat akan diserap oleh gulma dan disebarkan ke seluruh bagian tanaman melalui sistem pembuluh. Dengan demikian, gulma cepat mati dalam beberapa hari kemudian. 

Selain termasuk herbisida sistemik, glifosat memiliki racun non-selektif. Racun non-selektif artinya bisa membunuh berbagai jenis gulma, baik gulma berdaun lebar maupun berdaun sempit. Nah, herbisida yang mengandung glifosat termasuk herbisida yang memiliki spektrum pengendalian luas karena bisa membunuh semua jenis gulma.

Sulfonilurea

Sudah pernah dengar herbisida sistemik dengan racun sulfonilurea? Memang bahan ini banyak dijumpai di Indonesia, namun dalam jenis lainnya. Herbisida dengan bahan aktif ini bekerja dengan menghambat enzim acetolactate synthase (ALS) atau acetohydroxy synthase (AHAS). Kedua enzim tersebut berperan dalam sintesis asam amino pada gulma. Racun sulfonilurea yang diberikan pada gulma akan diserap dan diedarkan pada seluruh bagian gulma, sehingga gulma cepat mati.

Lalu, apa saja jenis racun sulfonilurea yang ada di Indonesia? Mungkin beberapa racun golongan sulfonilurea sudah familiar dikalangan petani, seperti metil-metsulfuron, metil-sulfometuron, metil-tribenuron, dan klorsuflfuron.

Imidazolinone

Imidazolinone menjadi salah satu bahan herbisida sistemik yang belum banyak yang tahu. Bahan aktif Imidazolinone bekerja dengan menghambat enzim asetolaktat sintase (ALS) sebagai bahan utama pembuatan asam amino, seperti valin, leusin, dan isoleusin. Racun yang sudah diberikan pada gulma akan menempel pada pori-pori gulma dan diserap. Setelah itu, racun akan diedarkan ke seluruh bagian gulma melalui jaringan pembuluh. 

Ester

Ester merupakan bahan yang lazim digunakan sebagai herbisida sistemik. Biasanya ester digunakan dalam bentuk 2,4-D Butyl Ester dan Triklopir Butoksi Etil Ester. Saat diaplikasikan pada gulma, ester akan larut dalam lapisan lilin dan lemak pada daun, sehingga bisa menembus lalu masuk ke dalam jaringan gulma. Nah, setelah masuk ke dalam jaringan gulma, ester dapat dengan mudah ditranslokasikan atau disebarkan melalui pembuluh gulma dengan cepat. Menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif ini bisa mengendalikan semua jenis gulma berdaun lebar maupun berdaun sempit. Namun, penggunaan herbisida sistemik dengan bahan ini perlu berhati-hati karena lebih mudah menguap dan bisa mengenai tanaman inang sehingga dikhawatirkan tidak hanya merusak gulma tetapi juga membunuh inang. 

Diflufenikan

Diflufenikan termasuk bahan aktif herbisida sistemik selektif baik pra-tumbuh maupun pasca-tumbuh. Bahan aktif ini termasuk dalam golongan aryloxyphenoxypropionate. Cara kerjanya dengan menghambat enzim protoporfirinogen oksidase (PPO) yang berperan dalam pembentukan zat hijau daun. Saat enzim tersebut dihambat, akan ada akumulasi protoporfirin IX yaitu senyawa yang bersifat racun pada gulma. Saat terkena cahaya matahari, protoporfirin IX menghasilkan radikal bebas yang bisa merusak membran sel, menyebabkan kebocoran sel, hingga matinya gulma. Herbisida sistemik dengan bahan diflufenikan bisa diberikan sebelum maupun sesudah gulma berkecambah. Berikan herbisida dalam jumlah sedikit saat sebelum gulma berkecambah, karena herbisida bisa bekerja dengan baik dalam jumlah sedikit di awal pertumbuhan gulma dan bahannya dapat bertahan lama di dalam tanah. 

Nah, itulah beberapa jenis bahan aktif atau racun yang biasanya ada pada herbisida sistemik. Dengan mengetahui bahan aktifnya, kamu tidak perlu bingung menghafalkan merek dagang untuk masing-masing herbisida sistemik yang ada di toko pertanian. Selain lebih tahu tentang herbisida sistemik, kamu juga bisa belajar banyak tentang cara kerja masing-masing bahan aktif dan menyesuaikan dengan tanaman budidaya. Selain bahan di atas, kamu juga bisa baca artikel Semua yang Kamu Perlu Tahu Tentang Herbisida Sistemik Ada di Artikel Ini. Yuk Baca! dan artikel lainnya tentang herbisida hanya di blog Gokomodo, ya!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin