Diterbitkan 18 Apr 2024

Cara Pengendalian Ulat Grayak dengan Sistem Push Pull [Infografik]

Tips / Tutorial
Pengendalian ulat grayak

Sistem push pull merupakan salah satu sistem intensifikasi lahan pertanian saat ini untuk pengendalian ulat grayak. Penggunaan sistem ini pertama kali dikembangkan oleh International Centre of Insect Physiology and Ecology (ICIPE). Perlu diketahui sistem ini berguna untuk meningkatkan produktivitas melalui eksploitasi ekologi kimiawi. Interaksi tanaman dan serangga, agro-biodiversitas, serta proses ekologi melalui tanaman penyerta lainnya menjadi faktor penting.

Sistem push pull ini juga dikenal sebagai sistem pengelolaan hama dan gulma terpadu. Sistem ini juga meningkatkan kesuburan tanah melalui pengelolaan sumber daya alam secara efisien guna memperbaiki produktivitas lahan pertanian. Bahkan, sistem ini telah banyak diterapkan oleh para petani di negara Afrika, terutama untuk mengendalikan hama invasif Spodoptera frugiperda (ulat grayak) – Hama Ulat Grayak Yang Menghantui Tanaman Jagung

Sistem Push

Sistem Push merupakan sistem pola tanam tumpang sari dengan tanaman yang dapat mengeluarkan senyawa kimia (volatile chemical) untuk menolak serangga hama dari tanaman utama. Secara umum, tanaman yang digunakan sebagai tanaman penolak adalah tanaman leguminosa dari genus Desmodium spp dan rumput molasses atau Melinis minutiflora

Penggunaan Desmodium dipilih karena tanaman leguminosa ini tumbuh rendah di antara baris tanaman jagung, sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman jagung di sekitarnya. Tak hanya bertindak sebagai tanaman penolak, Desmodium juga bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui peningkatan bahan organik, memelihara kestabilan tanah, memfiksasi nitrogen, serta dapat diolah menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi. 

Sistem Pull

Sistem Pull merupakan sistem pola tanam dengan menanam tanaman yang mengeluarkan senyawa kimia (volatile chemical) yang dapat menarik serangga hama untuk meletakkan telur mereka. Jika tanaman penolak ditanam di antara tanaman utama, maka tanaman penarik ini biasanya ditanam di pinggir lahan (border). 

Adapun tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penarik, antara lain rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput Brachiaria (Brachiaria sp). Penggunaan rumput gajah ini karena mereka memiliki cara yang pintar dalam hal mempertahankan diri dari serangan ulat. Mereka akan mengeluarkan cairan yang lengket pada saat ulat memakan daun, sehingga ulat akan terperangkap dan kerusakan daun akan berkurang. 

Sementara itu, penggunaan rumput Brachiaria dipilih karena memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap kekeringan. Tak hanya menjadi tanaman penarik serangga hama, rumput gajah dan rumput Brachiaria juga bisa menjadi pakan ternak yang sangat menguntungkan keberadaannya. 

Manfaat Sistem Push Pull

Sumber: iStock

Sistem Push Pull memiliki banyak manfaat sehingga saat ini telah banyak diterapkan. Manfaat tersebut, antara lain:

  • Mampu menekan perkembangan gulma
  • Mampu memperbaiki kesuburan tanah melalui proses fiksasi nitrogen oleh tanaman Desmodium 
  • Mampu meningkatkan bahan organik dan biota tanah
  • Mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem push pull merupakan sistem yang sangat baik diterapkan oleh petani atau kelompok tani Indonesia. Dengan cara ini, maka pengendalian hama terpadu ulat grayak S. frugiperda akan lebih optimal dan produktivitas hasil semakin melimpah. Tertarik dengan artikel ini? Dapatkan informasi menarik lainnya hanya di website Gokomodo!

whatsapp
twitter
facebook
linkedin
Blog terbaru
Pengetahuan agrikultur, tips, dan sumber daya dari tim kami.