Mau Sampai Kapan Bergantung dengan Beras yang Makin Langka? Sudah Saatnya Kita Lakukan Diversifikasi Pangan Non-Beras Sekarang Juga!

Kebutuhan pangan termasuk salah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Ternyata, pemenuhan kebutuhan pangan ada tantangan tersendiri dari masa ke masanya, salah satunya kelangkaan pangan. Untungnya, kelangkaan pangan bisa diatasi sedini mungkin dengan dilakukannya diversifikasi pangan. Apa sih sebenarnya diversifikasi pangan?

Mengenal Diversifikasi Pangan
Diversifikasi pangan merupakan usaha membuat bahan pangan, terutama makanan pokok, lebih bervariasi dan beranekaragam, baik dari produksi maupun konsumsi. Konsep utama diversifikasi pangan yaitu mengurangi ketergantungan pada satu bahan pokok atau makanan pokok saja dan digantikan dengan bahan lain yang kandungan gizinya serupa. Lantas, apakah ada manfaatnya dengan melakukan diversifikasi pangan ini? Tentu saja ada. Berikut beberapa manfaat diversifikasi pangan.
- Pemenuhan gizi seimbang
Setiap makanan memiliki kadar gizinya masing-masing. Bayangkan saja kalau makan makanan yang sama setipa harinya, tentu tidak ada variasi gizi yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, sangat penting makan makanan yang bervariasi agar banyak jenis nutrisi baik yang diserap oleh tubuh. Apalagi menurut penelitian, setidaknya manusia memerlukan 45 jenis zat gizi dari makanan untuk mencapai staus gizi sehat.
- Keanekaragaman hayati
Karena terletak di garis khatulistiwa sekaligus memiliki iklim tropis, Indonesia menjadi habitat banyak tanaman tropis yang beberapa diantaranya bisa dijadikan bahan makanan pokok. Terlebih masyarakat Indonesia sudah terbiasa makan makanan yang itu-itu saja,. Padahal, semakin banyak jenis tanaman pangan yang dibudidayakan di Indonesia, berarti makin banyak jenis bahan makanan yang bisa dimakan. Nah, untuk itu jenis pangan yang lain ini perlu dikenalkan pada masyarakat untuk menghilangkan ketergantungan pada satu jenis bahan makanan saja.
- Mengurangi impor bahan makanan
Semkain terbiasa dengan jenis makanan yang beragam, maka impor jenis bahan makanan yang biasanya dikonsumsi juga ikut berkurang. Selain itu, masyarakat juga bisa membuat makanan dari olahan berbagai macam bahan makanan yang mudah ditemukan di sekitar rumah. Simple, kan?
Diversifikasi Pangan Non-Beras
Sebagai orang Indonesia, rasanya belum makan kalau belum makan nasi. Nasi yang biasa kita makan rata-rata berasal dari beras. Tentunya sudah tahu dong bagaimana keadaan ekspor impor beras di Indonesia? Memang termasuk mengkhawatirkan. Apalagi masih sering dijumpai kelangkaan beras, hingga harus membatasi pembelian beras untuk setiap orangnya. Jika masih banyak yang bergantung pada nasi, dikhawatirkan kedepannya akan ada kelangkaan beras yang berujung pada kekurangan pangan. Apakah hal seperti ini bisa diatasi? Tentu saja bisa. Itulah mengapa sekarang ini pemerintah sedang menggalakkan diversifikasi pangan non-beras.
Apa sih sebenarnya diversifikasi pangan non-beras? Diversifikasi pangan non-beras merupakan upaya pengenalan konsumsi panganan pokok dengan cara mengganti nasi dengan komoditas atau makanan pokok lokal lainnya, seperti jagung, singkong, sagu, kentang, talas, dan pisang. Sebenarnya, masyarakat Indonesia sudah mengenal komoditi makanan pokok selain beras, misalnya nasi jagung, nasi tiwul, nasi porang, dan masih banyak lagi. Namun, dalam penerapannya sehari-hari, makanan pokok selain beras/nasi memang masih sedikit yang dikonsumsi. Inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mendorong masyarakatnya mau makan bahan pokok selain beras.
Selain mengenalkan alternatif makanan pokok, dengan adanya diversifikasi pangan non-beras juga memiliki target menurunkan konsumsi beras yang semuka 94,9 kg menjadi 85 per kapita per tahun pada 2024.
Apakah Diversifikasi Pangan Non-Beras Sudah Mulai DIlakukan?
Menjalankan pogram diversifikasi pangan non-beras di Indonesia sudah dilakukan. Namun, banyak juga hambatan yang ditemui di lapangan, terutama masalah kebiasaan dan nilai kebudayaan saat menggunakan beras sebagai makanan pokok. Istilah “belum makan kalau belum makan nasi” sepertinya sudah mendarah daging di hampir seluruh masyarakat Indonesia, dan hal tersebut menjadi tantangan tersendiri.
Diversifikasi pangan non beras sebenarnya sudah ada dalam Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024 dan terbentuklah dua metode implementasi. Implementasi pertama, Kementan mendorong peningkatan pangan dengan sumber karbohidrat yang disesuaikan dengan potensi wilayah dan preferensi masyarakat setempat, dengan pengembangan dan pemanfaatan pangan lokal. Implementasi kedua dengan cara memanfaatkan lahan pekarangan rumah melalui program Pekarangan Pangan Lestari P2L. Program P2L menggerakkan
Masyarakat yang semula tidak menjadikan beras sebagai makanan pokok, kini juga sudah beralih menggunakan beras. Misalnya saja masyarakat di Papua yang biasanya menggunakan sagu sebagai bahan pokok, kini beralih menggunakan beras karena dinilai memiliki strata sosial yang lebih tinggi.
Ada beberapa pendekatan yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengenalkan bahan pangan non-beras pada masyarakat yang sudah menjadikan beras sebagai bahan pokok. Contohnya kegiatan agroindustri di Gunung Kidul yang membuat tepung yang terbuat dari ubi kayu. Alasan mengapa ubi kayu dijadikan bahan utama pembuatan tepung ubi kayu karena kandungan gizi yang tinggi, mudah dikemas, bisa disimpan lebih lama, dan mudah diolah.
Banyak pilihan diversifikasi pangan non-beras yang bisa dimakan sehari-hari. Kamu bisa cek masing-masing kandungan gizinya di artikel Ketahui 5 Tanaman Pangan Pengganti Nasi dan artikel lainnya di blog Gokomodo, ya! Selamat mencoba variasi makanan pokok Indonesia!








